Reporter: Bidara Pink | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk menahan suku bunga kebijakan di level 5,25% hingga 5,50% dalam pertemuan Januari 2024.
Memang, Gubernur The Fed Jerome Powell menyatakan, suku bunga The Fed sudah mencapai puncaknya.
Namun sayangnya, The Fed belum siap untuk melakukan pemotongan suku bunga pada akhir kuartal I-2024 atau pada pertemuan Maret 2024.
Para pejabat The Fed percaya, langkah penurunan suku bunga kebijakan akan tepat, setelah mengonfirmasi kalau inflasi terkendali. Melihat saat ini, inflasi masih terus tinggi alias masih di atas sasaran mereka.
Baca Juga: Rupiah Diprediksi Menguat Terbatas di Perdagangan Jumat (2/2)
Sejalan dengan pernyataan The Fed, imbal hasil surat utang pemerintah Amerika Serikat (AS) tenor 10 tahun tetap tinggi, mendekati 3,97%. Indeks dolar juga meningkat diperdagangkan di atas 103,5.
Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menilai, keputusan The Fed tersebut masih akan memicu volatilitas pasar.
“Kebijakan The Fed, yaitu suku bunga tinggi dalam jangka waktu panjang akan memberi tekanan pada mata uang utama, juga rupiah,” kata Andry kepada Kontan.co.id, Kamis (1/2).
Andry meyakini, pasar keuangan domestik masih akan mengalami tekanan, dan secara. Teknikal nilai tukar rupiah berpotensi berada di kisaran Rp 15.700 hingga Rp 15.900 per dolar AS dalam jangka pendek.
Baca Juga: Ramalan BI: Belum Ada Kemungkinan The Fed Pangkas Suku Bunga pada Semester I-2024
Meski demikian, Andry tetap optimistis pada akhir tahun 2024, rupiah bisa ditutup menguat pada level Rp 15.418 per dolar AS.
Ini juga seiring dengan potensi penurunan suku bunga The Fed yang terjadi tahun ini, sehingga pada akhir tahun 2024 diyakini suku bunga Paman Sam bergerak ke level 4,75%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News