kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Tertekan pelemahan ekonomi global, penerimaan negara hanya tumbuh 0,5% per April


Kamis, 16 Mei 2019 / 20:34 WIB
Tertekan pelemahan ekonomi global, penerimaan negara hanya tumbuh 0,5% per April


Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Realisasi penerimaan pendapatan negara dan hibah sampai akhir April 2019 secara keseluruhan sebesar Rp 530,7 triliun. Penerimaan tersebut setara 24,5% dari target APBN 2019 sebesar Rp 2.165,1 triliun.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, penerimaan tersbut berasal dari pendapatan negara dalam negeri sebesar Rp 530,4 triliun. Penerimaan dalam negeri ini hanya tumbuh 0,6% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya (yoy). Penerimaan ini jauh lebih lambat dibandingkan tahun lalu yang pertumbuhannya 13,2% yoy.

Sri Mulyani mengatakan, melambatnya penerimaan dalam negeri disebabkan oleh laju penerimaan perpajakan yang rendah hanya 4,7% yoy atau sebesar Rp 436,4 triliun. Penerimaan perpajakan ini setara 24,4% dari target APBN sebesar Rp 1.786,4 triliun.

Penerimaan perpajakan terdiri dari,  pendapatan Ditjen Pajak termasuk PPh Migas yang hingga April lalu tercatat sebesar Rp 387 triliun atau 24,5% dari target yang sebesar Rp 1.577,6 triliun. Dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tumbuh 10,8% yoy, laju pertumbuhan pendapatan Ditjen Pajak per April 2019 merosot yaitu hanya 1,0% yoy.

"Kami sudah melihat tanda-tanda perekonomian mengalami penurunan dengan penerimaan pajak yang melemah pertumbuhannya," kata Sri Mulyani.

Sebaliknya, pendapatan Ditjen Bea dan Cukai (DJBC) per April 2019 tetap kuat yakni sebesar Rp 49,4 triliun atau 23,7% dari target APBN. Laju pertumbuhan pendapatan DJBC mencapai 47% yoy, jauh lebih kencang dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya tumbuh 14,7% yoy.

"Namun ini karena adanya penyesuaian mekanisme pembayaran cukai rokok, bukan mencerminkan pertumbuhan yang sebenarnya dari sisi volume rokok yang dipantau Bea dan Cukai," terang Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini.

Sementara, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) hingga akhir April 2019 tercatat sebesar Rp 94 triliun atau 24,8% dari target APBN sebesar Rp 378,3 triliun.

Pertumbuhan PNBP tercatat negatif 14,8% yoy. Kondisi ini berbanding terbalik dibanding tahun sebelumnya di mana PNBP tumbuh 21,5% yoy. "PNBP juga mengalami tekanan karena harga komoditas yang melemah," lanjutnya.

Adapun, penerimaan hibah per April lalu sebesar Rp 400 miliar, menurun 64,3% secara yoy. Secara keseluruhan, Sri Mulyani mengakui pendapatan negara mengalami tekanan.

"Terlihat bahwa kondisi dan kegiatan ekonomi yang mengalami tekanan baik dari luar maupun dari dalam, terefleksi dalam penerimaan pajak kita," terangnya.

Namun, ia mengatakan, pemerintah berkomitmen terus mengelola keuangan negara dengan hati-hati dan terukur agar APBN tetap kredibel di tengah ketidakpastian global.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×