Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat penerimaan negara bukan pajak (PNBP) mencapai Rp 93,5 Triliun hingga 15 Maret 2024.
Perolehan PNBP ini sudah setara 19% dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024.
Hanya saja perolehan PNBP tersebut turun 12,3%. Adapun penurunan ini disebabkan oleh harga komoditas yang mulai menurun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, penurunan harga komoditas ini utamanya tercermin dari pendapatan PNBP SDA migas yang realisasinya Rp 17,8 triliun, atau turun 20,1% secara tahunan (YoY). Penurunan ini dipengaruhi moderasi harga minyak mentah Indonesia (ICP) karena peningkatan pasokan minyak mentah dari Amerika Serikat (AS).
Kemudian, ini juga dipengaruhi perubahan perkiraan permintaan minyak pada triwulan I-2024 dan lifting minyak akibat tertundanya onstream, penyusutan produksi alamian dan lainnya.
"Untuk SDA Migas, selain karena harga ICP turun, lifting juga turun sehingga penerimaan negara mengalami penurunan 20% menjadi hanya Rp 17,8 triliun," ujar Sri Mulyani dalam Konferensi Pers di Jakarta, Rabu (27/3).
Baca Juga: Ekonomi RI Belum Ngegas, Setoran Pajak Februari 2024 Masih Seret
Hal yang sama juga ditemui pada PNBP SDA non migas yang hanya terkumpul Rp 22,4 triliun atau terkontraksi 38,7% lantaran dipengaruhi oleh moderasi harga batubara dan pelandaian tingkat volume produksi batubara.
Hanya saja, realisasi PNBP non SDA masih cukup baik. Misalnya, komponen kekayaan negara dipisahkan (KND) membukukan pendapatan sebesar Rp 6,8 triliun atau setara 7,9% dari APBN 2024. Peningkatan sebesar 47,4% ini disumbang oleh setoran dividen interim BUMN perbankan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk.
Kemudian, pendapatan PNBP lainnya tercatat Rp 33,4 triliun atau turun 3,2% dibandingkan tahun lalu. Kinerja ini dipengaruhi oleh pertumbuhan PNBP K/L terutama diperoleh dari kenaikan pendapatan jasa tenaga, pekerjaan, dan informasi dari kompensasi data wilayah izin usaha pertambangan.
Dan terakhir adalah pendapatan dari Badan Layanan Umum (BLU) yang mencapai Rp 13,1 triliun. Setoran ini melonjak 51,1% utamanya disumbang dari pendapatan jasa layanan rumah sakit dan jasa layanan pendidikan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News