kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Tersengat corona, PMI Manufaktur Indonesia bulan Mei terendah kedua sepanjang sejarah


Selasa, 02 Juni 2020 / 09:24 WIB
Tersengat corona, PMI Manufaktur Indonesia bulan Mei terendah kedua sepanjang sejarah
ILUSTRASI. Pekerja memproduksi sepatu untuk diekspor di Tangerang, Banten, Selasa (30/4/2019). Kementerian Perindustrian memproyeksi ekspor produk alas kaki dalam negeri pada tahun 2019 bisa mencapai 6,5 miliar US Dollar atau naik dari 5,11 miliar US Dollar pada 201


Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. IHS Markit baru saja melaporkan, Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia di bulan Mei berada di angka 28,6. Posisi ini naik tipis dari bulan April di angka 27,5 yang mana indeks tersebut mencatatkan kinerja terendah sepanjang survei yang dimulai pada bulan April 2011 silam.

Masih tetap di bawah level 50, indeks PMI di bulan Mei terus menunjukkan tingkat penurunan tajam di sektor kesehatan dan perekonomian. Indeks ini juga menandai posisi terendah kedua yang pernah tercatat sejak awal survei dimulai.

Baca Juga: Aktivitas manufaktur di Asia terpuruk akibat merosotnya perdagangan global

Berdasarkan laporan, penurunan indeks ini disebabkan oleh tindakan pencegahan lanjutan guna membatasi penyebaran wabah virus Corona (Covid-19) di dalam negeri. Volume produksi dan permintaan baru juga menurun tajam setelah mencatatkan kontraksi terparah pada bulan April.

Sektor industri juga masih banyak yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan. Hal ini juga bersamaan dengan pengurangan besar pada aktivitas pembelian dan inventaris input. Sementara itu, biaya input kembali naik disebabkan oleh kurangnya material dan melemahnya nilai tukar rupiah.

"Produksi dan permintaan baru terus mengalami penurunan drastis. Hal ini akhirnya memaksa pelaku industri untuk mengurangi lapangan kerja, pembelian, dan persediaan guna memangkas biaya di tengah ancaman penutupan bisnis secara besar-besaran. Secara khusus, dalam survei terbaru ini juga mencatat tingkat pengangguran tertinggi yang pernah dilaporkan," ujar Kepala Ekonom IHS Markit Bernard Aw di dalam keterangan tertulis yang dikutip Kontan.co.id, Selasa (2/6).

Baca Juga: Aktivitas pabrik China mulai bangkit pada Mei, tapi permintaan masih lemah

Di dalam laporan tersebut, diketahui bahwa pandemi Covid-19 kembali menjadi penyebab utama dari penurunan kinerja manufaktur. Kondisi ini menyebabkan penutupan sektor bisnis non-esensial secara besar-besaran, kemandekan di sektor transportasi, dan berkurangnya permintaan barang manufaktur.

Berdasarkan data yang dikumpulkan pada periode 12-21 Mei 2020, terlihat bahwa output di bulan Mei terus menurun tajam sejalan dengan penurunan permintaan baru yang sebagian besar disebabkan oleh penurunan tingkat ekspor. Penurunan pada variabel tersebut memang sedikit berkurang dari kondisi bulan April, tetapi menjadi yang tercepat kedua sepanjang survei.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×