kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   0,00   0,00%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Terkait corona, ini tiga menteri Jokowi yang paling banyak mendapat sentimen negatif


Senin, 27 April 2020 / 04:00 WIB
Terkait corona, ini tiga menteri Jokowi yang paling banyak mendapat sentimen negatif


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Deretan menteri Joko Widodo di kabinet Indonesia Maju mendapat lebih banyak sentimen negatif dari warga, khususnya warganet di berbagai media sosial. Sentimen negatif tersebut datang karena beberapa kebijakan yang membingungkan bahkan cenderung tidak sinkron antar-kementerian terhadap penanganan virus corona (Covid-19) di Indonesia.

Institute for Development of Economics and Finance (Indef) dalam hasil risetnya mengungkap, setidaknya terdapat menteri yang paling banyak mendapat sentimen negatif dan 1 menteri mendapat sentimen positif.

Hasil riset yang diambil dari tanggal 27 Maret - 5 April 2020 menggunakan big data yang menjaring percakapan di media sosial tentang individu penjabat dan jajaran pemerintahan dengan menghilangkan buzzer.

Baca Juga: Update Corona Indonesia, 26 April: 8.882 kasus positif, 1.107 sembuh, 743 meninggal

Analisis menunjukkan, dari 476.696 perbincangan yang mencakup 397.246 orang di media sosial dalam periode waktu tersebut menghasilkan 32,23% sentimen positif dan 67,77% sentimen negatif.

Berikut ini 3 menteri Jokowi yang kerap dapat sentimen negatif dari publik.

1. Yasonna Laoly

Menteri Hukum dan HAM RI, Yasonna Laoly mendapat sentimen negatif dari warganet karena kebijakannya yang menuai kontroversi selama pandemi berlangsung. Kebijakan Yasonna yang kerap disebut "blunder" adalah pembebasan napi dan koruptor.

Baca Juga: Indonesia terima bantuan penanganan Covid-19 hingga US$ 77,49 juta

Pemerintah beranggapan, napi yang tetap berada dalam sel membuatnya rentan terhadap virus corona. Namun, warganet menilai kebijakan itu tidak efektif. Napi asimilasi tersebut sering melakukan kejahatan kembali karena sulitnya ekonomi di masa virus corona.

Kemenkumhan kembali berpendapat, jumlah napi yang kembali berbuat kriminal kembali hanya 0,05% dari sekitar 38.000 napi yang telah dibebaskan. Akibat kebijakan itu, Yasonna mendapat 81% sentimen negatif dari 6.895 perbincangan.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×