Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menepis soal maraknya fenomena “Rojali” (Rombongan Jarang Beli) dan “Rohana” (Rombongan Hanya Nanyak) yang belakangan ramai dibicarakan publik sebagai indikasi perilaku konsumsi tak sehat.
Menurut Airlangga, konsumsi masyarakat Indonesia tetap menunjukkan tren yang positif, dimana berdasarkan data menunjukkan konsumsi rumah tangga tumbuh solid sebesar 4,97% pada kuartal II 2025, dengan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 54,25%.
Ia juga menyebut bahwa konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) tumbuh 7,82%, sementara konsumsi pemerintah sedikit terkontraksi -0,33% karena tahun lalu terjadi lonjakan pengeluaran akibat Pemilu.
Baca Juga: Konsumsi Masyarakat Masih Tertekan, Meski Inflasi dan Harga Pangan Turun
Airlangga juga menyoroti dampak signifikan dari program bantuan sosial (bansos) terhadap pertumbuhan konsumsi. Di kuartal II, berbagai program bansos seperti PKH tumbuh 6,74%, sembako tumbuh 36%, dan total bansos mencapai 25,12%.
Kinerja sektor ritel justru mencerminkan kekuatan konsumsi riil masyarakat. Tiga perusahaan besar di sektor retail mencatat pertumbuhan pendapatan antara 4,99% hingga 12,87% pada semester I 2025.
Ia juga menyebutkan bahwa core inflation (inflasi inti) tetap terkendali di level 2,32%, yang mengindikasikan bahwa daya beli masyarakat masih terjaga meski dalam kondisi global yang tidak menentu.
"Ini menunjukkan bahwa terkait dengan isu Rohana dan Rojali ini isu yang ditiup-tiup jadi faktanya berbeda dan tentu ini yang harus kita lihat," kata Airlangga dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (5/8).
Selain itu, Airlangga mencatat adanya pergeseran perilaku konsumsi ke belanja online, yang kini mulai dilacak oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Baca Juga: Fenomena Rojali Kian Nyata, BPS Mencatat Orang Kaya Makin Menahan Belanja
Retail online dan marketplace mencatat pertumbuhan sebesar 7,55% di kuartal II, dengan segmen personal care dan kosmetik naik hampir 17%, dan produk rumah tangga serta kantor melonjak hingga 29,38%, setara dengan nilai transaksi Rp72,8 triliun.
"Konsumsi daripada masyarakat ini terlihat shifting belanjanya lari ke belanja online kita lihat transaksi retail online ini baru dirilis oleh BPS tahun kemarin tidak di track tapi tahun ini sudah mulai di track retail dan marketplace tumbuhnya kuartal ke-2 adalah 7,55%," ungkap Airlangga.
Airlangga melanjutkan, terjadinya shift belanja oflline ke online menjadi salah satu yang tumbuhnya tinggi, seperti personal care dan kosmetik yang tumbuh menekati 17%, kemudian produk rumah tangga dan kantor juga tumbuh 29,38% dengan transaksi mencapai Rp 72,8 triliun.
Baca Juga: Fenomena Rojali Menyebar ke Kalangan Menengah Atas, Apa Penyebabnya?
"Transaksinya juga meningkat pesat di mana di tahun 2018 transaksinya itu ada 280 juta di tahun lalu sudah 3,24 miliar transaksi," ungkapnya.
Selanjutnya: Kinerja Penjualan SBR014 Variatif, Investor Disarankan Cermati Rendahnya Likuiditas
Menarik Dibaca: Ramalan Zodiak Besok, Rabu 6 Agustus 2025: Keuangan dan Karier Leo Bersinar Terang
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News