kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Tentang Trump, Kalla tanya pendapat Obama


Kamis, 08 Desember 2016 / 09:33 WIB
Tentang Trump, Kalla tanya pendapat Obama


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Wakil Presiden RI Jusuf Kalla meminta pasar dan masyarakat realistis terhadap perekonomian tahun depan. Ketidakpastian yang menyelimuti perekonomian perlu direspons secara tidak berlebihan.

"Kita harus realistis saja menghadapi keadaan. Jangan juga terlalu pesimis atau terlalu memikirkan negara orang. Apa yang diperkirakan tidak akan sejauh itu," katanya di Jakarta, Kamis (8/12).

Misalnya, kata dia, merespons presiden baru Amerika Serikat Donald Trump. Dia bilang, pernah bertanya pada presiden sebelumnya Barack Obama mengenai potensi realisasi kampanye Trump. 

"Seperti soal Trump. Saya kira tidak mungkin mereka bikin pajak untuk ekspor Tiongkok sebesar 45%. Pasti rakyat AS akan berontak, daya beli menurun, lalu negara itu menjadi miskin. Jadi tidak mungkin. Efek Trump tidak akan sebesar apa yang dikampanyekannya," ujarnya.

"Waktu di Peru, saya bicara dengan Obama. Dia pragmatis. Dia yakin bahwa realisasinya akan bawah 50%. Jangan terlalu khawatir," lanjutnya. Wapres JK bertemu Obama saat menghadiri Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) di Lima, Peru, 20 November lalu. 

Dia menambahkan, Indonesia beruntung memiliki kekuatan yang lebih baik ketimbang negara lainnya, yaitu dari sisi penduduk, produktivitas, dan konsumsi. "Pasar kita tinggi sekali dengan 250 juta penduduk," katanya.

Adapun menyoal pertumbuhan ekonomi, JK mengatakan bahwa ia bisa saja menulis target pertumbuhan 6%, tetapi itu akan tidak realistis.

"Kita bisa tulis 6% tapi kita harus utang. Kita tak ingin menambah utang. Tetapi Indonesia masih lumayan persentase defisitnya daripada Malaysia," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×