Reporter: Ramadhani Prihatini | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Tim Pengendali Inflasi Pusat dan Daerah sepakat melakukan pengendalian inflasi melalui penyesuian harga administered prices saat inflasi rendah. Diharapkan, kebijakan bisa mempengaruhi inflasi keseluruhan tahun 2017 yang terjaga stabil.
Deputi Bidang Statistik dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo bilang langkah pemerintah itu diharapakan bisa benar-benar mengerem laju kenaikan inflasi. "Saya kira ada, karena saya lihat dari barang-barang yang dikendalikan pemerintah terutama listrik tentu saja ada pengaruhnya, karena itu kan peranannya besar,"kata Sasmito pada Kontan, Senin (13/2).
Sasmito bilang ada dua periode siklus tahunan inflasi rendah. Itu akan terjadi pada Maret sampai April, lalu September dan Oktober. Kedua siklus tersebut adalah puncak panen padi. "Karena dari pertanian, adalah sektor yang bisa menyumbang fluktuasi tertinggi ketimbang yang lain,"pungkas Sasmito.
Komponen administered price yang bakal naik tahun ini antara lain tarif listrik kelompok pelanggan 900 watt hingga elpiji 3 kg.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance ( Indef) Eko Listianto mengatakan, penyesuaian harga di bulan yang secara historis inflasinya rendah memang akan membantu mengurangi tekanan terhadap daya beli, namun hal ini blm cukup. Disamping langkah tersebut, sosialisasi dan komunikasi yang tepat kepada masyarakat juga sangat penting
"Karena meskipun di bulan-bulan inflasi rendah, kalau komunikasinya tidak tepat, maka respon dan persepsi masyarakat bisa berbeda. Belajar dari kenaikan biaya administrasi STNK, maka salah satu yang perlu diperbaiki adalah komunikasi kebijakan,"jelas Eko pada KONTAN, Senin (13/2).
Eko menyatakan, melihat belum pulihnya daya beli masyarakat, maka sebisa mungkin administered price tidak dinaikkan. Kalau terpaksa dinaikkan harus benar-benar melihat kemampuan masyarakat.
Eko memprediksi inflasi tahun 2017 memang bakal naik. "Secara keseluruhan inflasi 2017 kemungkinan akan lebih tinggi dari 2016, namun masih dalam rentang target BI (4+/- 1)%,"cetus Eko
Terpisah, ekonom Bank Permata, Josua Pardede bilang, langkah tersebut salah satu upaya untuk memperkuat koordinasi kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia dalam pengendalian inflasi perlu terus diperkuat terutama dalam menghadapi risiko terkait penyesuaian administered prices.
Dalam rencana awalnya, pemerintah akan menaikkan tarif listrik 900 watt dalam 3 tahap yakni Januari, Maret dan Mei yang diperkirakan akan berdampak pada inflasi Februari, April dan Juni. Mempertimbangkan faktor musiman panen raya yang pada umumnya berlangsung pada bulan Maret sampai April akan mendorong sebagian besar komoditas pangan cenderung turun dan justru pada periode tersebut inflasi cenderung rendah atau bahkan mengalami deflasi.
"Jika penyesuaian administered prices dilakukan pada periode panen raya, tentunya tekanan inflasi cenderung lebih rendah," kata Josua.
Dengan kata lain, rendahnya inflasi volatile food diharapkan dapat meredam kenaikan inflasi administered price sehingga tetap akan menjaga daya beli masyarakat. Dengan demikian Josua memprediksikan inflasi akan tetap terkendali.
"Inflasi akhir tahun diperkirakan akan tetap terkendali di kisaran 4%-4,2% yoy,"pungkas Josua.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News