kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Target ekonomi 5,2% terancam lemahnya konsumsi


Rabu, 08 November 2017 / 21:23 WIB
Target ekonomi 5,2% terancam lemahnya konsumsi


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tanda pelambatan pertumbuhan penjualan ritel mulai tampak di awal kuartal keempat tahun ini. Hasil Survei Penjualan Eceran yang dilakukan Bank Indonesia (BI) September 2017 memperkirakan, Indeks Penjualan Ritel (IPR) Oktober diperkirakan hanya tumbuh 1,3% year on year (YoY).

Capaian itu melambat dibanding bulan sebelumnya yang sebesar 1,8% YoY. Padahal, IPR di September juga sudah melambat dibanding bulan sebelumnya yang masih tumbuh 2,2% YoY. Secara bulanan, penjualan eceran Oktober diperkirakan turun 0,3%, meski lebih baik dibanding penurunan di September yang sebesar 0,4%.

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, perlambatan pertumbuhan penjualan ritel telah terjadi sejak awal tahun. Menurutnya, hal ini lantaran adanya tekanan daya beli pada masyarakat kelas bawah dan masyarakat kelas atas yang menahan belanjanya.

David bilang, kelas menengah atas saat ini lebih memilih konsumsi pengalaman, misalnya belanja rekreasi dan budaya. Sayangnya, data BI juga menunjukkan bahwa pertumbuhan secara YoY pada kelompok belanja tersebut cenderung menurun.

Di Januari, kelompok belanja ini masih tumbuh 7,8%, Februari 2%, Maret 3,5%. Namun di September turun 1,7% dan di Oktober turun 0,3%. Penyebabnya lanjut David, kemungkinan lantaran masyarakat kelas atas berekreasi ke luar negeri sehingga tidak berkontribusi terhadap ekonomi dalam negeri.

David melanjutkan, penjualan eceran kuartal keempat tahun ini seharusnya terbantu faktor musiman, yaitu menjelang Natal dan tahun baru. Sayangnya, dari tahun ke tahun, kontribusi dari faktor musiman terhadap konsumsi masyarakat cenderung turun.

"Saya khawatir, konsumsi masyarakatnya sendiri secara YoY jangan sampai lebih rendah dari tahun lalu. Kalau lebih rendah, maka target pertumbuhan ekonomi 5,2% sulit tercapai," kata David kepada Kontan.co.id, Rabu (8/11).

Catatan BPS, pertumbuhan konsumsi rumah tangga kuartal keempat 2016 mencapai 5,01% YoY.

Lebih lanjut David mengatakan, program bantuan sosial pemerintah untuk masyarakat kelas bawah berupa Program Keluarga Harapan (PKH) dan dana desa akan berdampak pada perbaikan daya beli. Sayangnya, hal itu belum akan signifikan mendorong pertumbuhan di tiga bulan terakhir di tahun ini.

Sebab, "penentu (penyumbang terbesar ekonomi) adalah masyarakat kelas menengah atas. Kalau dari daya BPS, kontribusinya hampir 40%. Sementara kelas menengah bawah hanya 17%," tambahnya.

Oleh karena itu kata David, pemerintah harus menjaga optimisme masyarakat kelas menengah atas. Misalnya, dengan mencegah isu lapangan pekerjaan agar tidak menjadi "bola salju" bagi perekonomian.

Ia sendiri memperkirakan, konsumsi rumah tangga di kuartal keempat tahun ini hanya akan mencapai 4,95%-5%. Sehingga, ekonomi sepanjang tahun diperkirakannya hanya akan tumbuh 5,1% YoY.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×