Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pemerintah melalui Kementerian Pariwisata terus mempromosikan dan mengembangkan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP).
Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia (ICPI), Azril Azahari, mengkritisi bahwa 10 DPP tersebut tak lagi relevan untuk meningkatkan pariwisata di Indonesia. Sebab, kini paradigma pariwisata telah bergeser.
10 DPP tersebut masih menggunakan paradigma pariwisata Mass Tourism. Sedangkan, kini mulai 2023 dan seterusnya seharusnya pariwisata sudah mulai beralih ke paradigma Customized Tourism (Personalized-Localized-Small in Sized).
Untuk Customize Tourism, Azril menuturkan, harus memperhatikan unsur localize dan small size. Artinya, pemerintah tidak lagi menggarap mass tourism yang mana hanya berfokus pada jumlah wisatawan. Yang lebih penting ialah berapa lama periode kunjungan dan uang yang wisatawan habiskan.
Baca Juga: Deretan Wisata Kuliner di Bali yang Khas & Wajib Dicoba Jelang Libur Sekolah
“Dengan telah terjadinya pergeseran paradigma pariwisata seharusnya pemerintah telah melakukan evaluasi pada ke-10 destinasi tersebut. Nah, Customized Tourism ini sudah banyak berlaku di mana-mana ya, misalnya health tourism, wisata kesehatan,” ujar Azril kepada Kontan, Kamis (5/6).
Ada pun untuk kian mendongkrak wisatawan entah wisman maupun wisnus, Azril memberikan beberapa contoh. Misalnya, Indonesia bisa memanfaatkan sektor wellness tourism atau pariwisata yang menawarkan kebugaran dan aktivitas kesehatan.
“Nah, wellness itu sekarang malah Thailand yang unggul. Padahal Indonesia punya Bali. Wellness itu wisata kebugaran, misalnya spa, yoga, dan sebagainya. Spa ini kan Bali juga populer sebenarnya, tetapi kenapa kita ketinggalan?” beber Azril.
Selain itu, Indonesia juga punya potensi untuk mengembangkan pariwisata rempah. Indonesia kaya akan rempah dan herbal. Keduanya baik untuk dikonsumsi sebagai obat atau herbal medicine.
“Herbal medicine itu sudah berkembang, bahkan sekarang China juga berkembang sekali. Nah kenapa enggak dikembangkan? Nah, itu yang disebut special interest,” tambahnya.
Baca Juga: 5 Wisata Kuliner di Lombok yang Khas dan Patut Dicoba Saat Jelang Libur Sekolah
Ada lagi, Indonesia juga memiliki ribuan pulau-pulau kecil yang memiliki potensi besar untuk menarik minat wisatawan. Azril menyebut, Pulau Kei misalnya. Pulai Kei memiliki Pantai Ngurbloat di Desa Ngilngof yang mana pantai tersebut punya pasir terhalus di dunia. Menurut Azril, wisata berbasis pulau-pulau kecil ini juga patut untuk dikembangkan.
Kemudian, Azril juga menyampaikan bahwa Indonesia bisa pula mengembangkan ragam event. Misalnya seperti fashion show, e-sport, street food, maupun retailtaintment.
“Jadi akhirnya banyak kita. Bukan hanya destinasi yang kita kembangkan, tapi juga event. Event-event di Indonesia juga harus kita kembangkan. Nah itu yang saya bilang, harusnya, tolong ini ditulis, pemerintah itu sudah waktunya mengevaluasi yang 10,” tegas Azril.
Oleh sebab itulah mengapa jumlah total kunjungan wisman di Indonesia cenderung rendah dibanding beberapa negara ASEAN lain. Menurut catatan Azril, berikut jumlah kunjungan Wisman ke beberapa negara ASEAN pada 2024.
1. Thailand 35.5 juta
2. Malaysia 25 juta
3. Vietnam 17.6 juta
4. Singapore 16.5 juta
5. Indonesia 13.9 juta
Baca Juga: 7 Tempat Wisata di Pangandaran yang Wajib Dikunjungi Saat Libur Idul Adha 2025
“Jadi kesalahan ini dari segi dunia sudah salah. Makanya Indonesia kan jumlah visitornya rendah, saya tidak berbohong. Vietnam bahkan telah mengalahkan Singapura. Nah, ini kelemahan kita,” pungkasnya.
Sebagai informasi, 10 Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) meliputi: Mandalika, Nusa Tenggara Barat; Pulau Morotai, Maluku Utara; Tanjung Kelayang, Kepulauan Bangka Belitung; Danau Toba, Sumatera Utara; Wakatobi, Sulawesi Tenggara; Borobudur, Jawa Tengah; Kepulauan Seribu, DKI Jakarta; Tanjung Lesung, Banten; Bromo, Jawa Timur; dan Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.
Selanjutnya: Libur Panjang Menekan Rupiah, Begini Proyeksi Pergerakan Rupiah pada Selasa (10/6)
Menarik Dibaca: Waspada Modus Penipuan Berkedok Dana Pensiun, Berikut Tips Dari BCA
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News