kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Tahan suku bunga, BI: The Fed diprediksi hanya akan naikan suku bunga satu kali


Kamis, 21 Februari 2019 / 17:15 WIB
Tahan suku bunga, BI: The Fed diprediksi hanya akan naikan suku bunga satu kali


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memprediksi The Fed alias bank sentral Amerika Serikat (AS) hanya akan menaikkan suku bunganya satu kali di tahun ini. Penyebabnya, pertumbuhan ekonomi AS melambat dipengaruhi oleh terbatasnya stimulus fiskal, permasalahan struktural tenaga kerja, dan menurunnya keyakinan pelaku usaha. 

Tak hanya AS, Eropa dan Tiongkok pun mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi. "Sejalan dengan prospek pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat, harga komoditas juga turun," jelas Gubernur BI Perry Warjiyo, Kamis (21/2).

Melihat kondisi global tersebut, BI memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuannya di level 6%. Keputusan ini, tegas BI, untuk tetap menjaga stabilitas eksternal yang dilihat dari kondisi neraca pembayaran Indonesia (NPI).

Seperti diketahui bahwa neraca transaksi berjalan masih mengalami defisit, sedangkan transaksi modal dan finansial mengalami surplus. Transaksi berjalan mengalami defisit karena ekspor yang melambat dipenaruhi oleh permintaan global yang melambat. 

Sedangan transaksi modal dan finansial mengalami surplus akibat stance The Fed yang lebih dovish menyebabkan adanya arus modal masuk ke negara emerging market termasuk Indonesia. "Dengan mempertahankan suku bunga tentu saja bagian kita dengan kebijakan fiskal menjaga permintaan domestik," jelas Perry.

Kebijakan ini ditempuh untuk mengendalikan defisit neraca transaksi berjalan alias current account deficit (CAD) dari 2,98% di tahun 2018 menjadi 2,5% tahun ini. Di sisi lain, pemerintah juga menempuh kebijakan sektor riil mendorong ekspor. Mulai dari penyederhanaan prosedur ekspor hingga pemberian tax holiday.

"Mengendalikan CAD turun, di satu sisi menaikkan suplus dari neraca modal. Stance kami ke sana untuk suku bunga," ujar Perry.

Dengan mempertahankan policy rate secara riil maupun perbedaan suku bunga dalam negeri secara nominal atau nominal interest rate tetap menarik, maka aliran modal asing masuk akan terus terjadi.

BI mengarahkan kebijakan ini untuk mendorong pembiayaan ekonomi dan menjaga momentum pertumbuhan ekonomi. Dengan strategi operasi moneter untuk meningkatkan ketersediaan likuiditas untuk mendorong pembiayaan perbankan. Operasi moneter tersebut antara lain memperbanyak frekuensi dan meningkatkan volume term repo dan swap valas.

Kendati The Fed diprediksi lebih dovish dalam kebijakan suku bunga, BI tetap mempertimbangkan kebijakan The Fed yang akan melakukan balance sheet reduction atau pengurangan neraca milik bank sentral. "Jadi kalau mereka pengetatan lebih rendah di suku bunga, tetapi cepat pengetatannya melalui neraca bank sentral," imbuh Perry.

Jadi, The Fed akan melakukan pengetatan moneter melalui balance sheet reduction sebagai bagian dari normalisasi kebijakan melalui jalur likuiditas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×