Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menyebut penjualan eceran mengalami penurunan pada Juni 2019. Indeks Penjualan Riil (IPR) Juni 2019 tercatat sebesar 233,6 atau turun sebesar 1,8% (yoy).
Sementara pada Mei 2019, IPR tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 7,07% (yoy).
Baca Juga: Ini Alasan Ekonom Memprediksikan Pertumbuhan Ekonomi di Kuartal II Melambat
Menurut hasil survei BI yang dirilis pada Kamis (8/8), hal ini disebabkan oleh kembali normalnya pola konsumsi masyarakat pasca Ramadan dan Idul Fitri.
Penurunan ini dikontribusi oleh penurunan kinerja beberapa penjualan. Penjualan eceran kelompok bahan bakar kendaraan bermotor terkoreksi paling dalam, yaitu mengalami penurunan sebesar 10,9% (yoy). Pada bulan Mei, padahal kelompok ini tumbuh 0,8% (yoy).
Sementara kelompok barang budaya dan rekreasi tercatat turun sebesar 8,8% (yoy). Pada bulan Mei 2019, tercatat tumbuh 1,0% (yoy).
Secara regional, beberapa kota juga mengalami penurunan IPR. Kota Semarang yang mengalami kontraksi paling besar, yaitu turun sebesar 12,4% (yoy). Disusul kota Medan yang turun 12,2% (yoy), lalu kota Bandung yang turun 8,3% (yoy), dan Denpasar dengan penurunan sebesar 3,3% (yoy).
Baca Juga: Sepekan ke depan, berikut 5 data perekonomian domestik yang penting disimak
Sementara itu, beberapa kota mengalami peningkatan IPR, seperti Banjarmasin sebesar 35,1% (yoy), lalu Makassar tumbuh sebesar 29,1% (yoy), Jakarta tumbuh sebesar 19,1% (yoy), dan kota Surabaya dengan peningkatan sebesar 15,3% (yoy).
Namun, penjualan eceran diprediksi akan tumbuh meningkat pada Juli 2019. Hal tersebut terlihat dari capaian Indeks Penjualan Riil (IPR) Juli 2019 yang sebesar 221,0 atau tumbuh sebesar 2,3% (yoy).
Baca Juga: PDB di kuartal II 2019 diramal melambat karena Ramadan-Lebaran kurang bergairah
Suburnya IPR Juli 2019 dikontribusi oleh kelompok Suku Cadang dan Aksesori yang diperkirakan tumbuh sebesar 24,0% (yoy), kelompok perlengkapan rumah tangga lainnya yang diperkirakan tumbuh sebesar 7,1% (yoy), dan kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang akan tumbuh sebesar 1,5% (yoy).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News