kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Surplus Neraca Perdagangan Diperkirakan Melemah Hingga Kuartal I-2023


Kamis, 15 Desember 2022 / 19:56 WIB
Surplus Neraca Perdagangan Diperkirakan Melemah Hingga Kuartal I-2023
ILUSTRASI. Surplus neraca perdagangan diproyeksi turun


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Surplus neraca perdagangan Indonesia diperkirakan akan berlanjut hingga akhir tahun. Meski begitu, nilainya akan turun dari bulan sebelumnya, bahkan berlanjut hingga kuartal  I 2023.

Chief Economist PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) Banjaran Surya Indratomo meramal, surplus neraca perdagangan diperkirakan menjadi US$ 4,86 miliar di akhir tahun ini. Nilai tersebut turun 5,82% dari surplus neraca perdagangan November 2022 yang mencapai US$ 5,16 miliar.

“Ke depannya, surplus neraca perdagangan diperkirakan akan tetap berlanjut setelah 31 bulan berturut mencatat angka positif,” tutur Banjaran kepada Kontan.co.id, Kamis (15/12).

Banjaran juga memperkirakan, melandainya neraca perdagangan Indonesia akan berlanjut hingga semester I-2023. Nilainya diperkirakan akan turun 0,12% dari perkiraan neraca perddagangan pada Desember menjadi US$ 4,86 miliar.

Baca Juga: Hingga November 2022, Surplus Neraca Perdagangan Masih Ditopang Non Migas

Neraca perdagangan yang melandai tersebut seiring dengan pelemahan rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) lantaran suku bunga acuan AS yang terus naik. Selain itu, perubahan harga pada komoditas minyak mentah dan minyak sawit ikut menjadi sentimen bagi neraca perdagangan.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede juga sepakat neraca perdagangan pada Desember akan turun akibat potensi melemahnya ekspor.

Menurut dia, penurunan ekspor cenderung diakibatkan oleh penurunan aktivitas manufaktur mitra dagang Indonesia, yang sudah tercermin dari manufaktur global yang berada pada level kontraksi.

“Tren ini berpotensi berlanjut di tahun 2023, yang kemudian mendorong penurunan ekspor Indonesia,” kata Josua.

Di sisi lain, Josua juga menilai impor barang juga berpotensi turun, karena adanya potensi perlambatan investasi, meski tidak sedalam penurunan ekspor. Hal ini karena impor barang konsumsi yang cenderung tidak terlalu dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan investasi, namun dipengaruhi oleh konsumsi.

“Kondisi ini kemudian berdampak pada penurunan surplus neraca perdagangan Indonesia. Lebih lanjut, penurunan surplus ini berpotensi mendorong penurunan surplus transaksi berjalan Indonesia,” pungkas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×