Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Kondisi neraca dagang Indonesia yang mengalami surplus selama dua bulan berturut-turut di Oktober dan November 2013, tak berarti menjadi berita baik bagi penerimaan pajak. Surplusnya neraca dagang belum bisa menggambarkan aktivitas perekonomian.
Dirjen Pajak Fuad Rahmany mengatakan, surplus neraca dagang itu bisa berarti nilai ekspor yang rendah atau nilai impor yang menurun. Hal ini berarti kegiatan ekonominya secara keseluruhan mengalami penurunan.
"Penerimaan pajak juga tetap rendah," ujar Fuad di Jakarta, Kamis (9/1).
Menurut Fuad, dari segi struktur memang neraca dagang yang surplus memang baik. Pihaknya sendiri selalu waspada dalam melihat kinerja ekspor dan impor perdagangan yang dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global.
Mantan Kepala Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK) ini melihat ekonomi global belum tentu membaik tahun ini.
Amerika Serikat (AS) mungkin berangsur pulih, namun tidak bagi China dan India. Ekspor Indonesia sendiri paling besar porsinya ditujukan kepada negeri tirai bambu China.
Sebagai informasi, di tahun ini DJP mendapat target penerimaan sebesar Rp 1.110,2 triliun dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014.
Sebelumnya, dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2013, target pajak hanya Rp 995,2 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News