kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Surplus Jumbo Neraca Perdagangan Dorong Surplus Neraca Transaksi Berjalan


Minggu, 23 Januari 2022 / 17:52 WIB
Surplus Jumbo Neraca Perdagangan Dorong Surplus Neraca Transaksi Berjalan
ILUSTRASI. Sejumlah truk pengangkut peti kemas melintas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.?ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/rwa.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Mandiri memperkirakan neraca transaksi berjalan berbalik surplus pada tahun 2021, setelah pada tahun 2020 mencatat defisit sebesar US$ 4,7 miliar atau setara 0,4% Produk Domestik Bruto (PDB). 

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan, surplus neraca transaksi berjalan pada tahun lalu akan berada di kisaran 0,0% PDB hingga 0,1% PDB. 

“Ini karena pada tahun lalu neraca perdagangan barang mencatat surplus jumbo,” kata Faisal kepada Kontan.co.id, Minggu (23/1). 

Seperti yang kita ketahui, di sepanjang tahun lalu, neraca perdagangan barang mencatat surplus sebesar US$ 35,34 miliar atau jauh lebih besar dari surplus pada tahun 2020 yang sebesar US$ 21,62 miliar. 

Pada tahun 2022, Faisal memperkirakan neraca transaksi berjalan akan kembali mencetak defisit. 

Baca Juga: Akan Ada Potensi Capital Outflow Beberap Waktu ke Depan? Ini Kata Ekonom

Menurut perhitungannya, defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) di tahun ini akan berada di kisaran 2,15% PDB. 

Meski mencetak defisit, tetapi CAD ini masih lebih rendah dari level rata-rata CAD pada 3 tahun pra Covid-19 yang sekitar 2,22% PDB. 

Adanya CAD ini bukan melulu hal yang buruk. Pasalnya, CAD ini juga merupakan tanda bahwa roda perekonomian mulai berputar lebih kencang. 

“Yang bisa terlihat juga dari permintaan impor yang meningkat seiring akselerasi pemulihan ekonomi domestik, terutama di aktivitas investasi yang menciptakan peningkatan permintaan pada impor bahan baku dan impor barang modal,” jelas Faisal. 

Kemudian, ini membuat Bank Indonesia (BI) untuk tidak buru-buru dalam meningkatkan suku bunga acuannya di tahun ini. 

Dalam hal ini, Faisal melihat BI masih akan menjaga stabilitas di tengah normalisasi kebijakan moneter global, terutama kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) yang makin hawksih dan potensi peningkatan suku bunga kebijakan negara Paman Sam. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×