Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
Menurut Gundy Cahyadi, Research Director Prasasti kombinasi stimulus likuiditas dan fiskal lebih langsung dibutuhkan.
“Likuiditas bisa disediakan, tetapi tidak serta-merta membangkitkan semangat usaha. Dibutuhkan penguatan daya beli rumah tangga dan kepercayaan bisnis. Pendekatan strategis adalah mengombinasikan keringanan likuiditas dengan langkah fiskal langsung,” ujarnya.
Pemerintah sebelumnya telah meluncurkan paket kebijakan ekonomi “8+4+5” senilai Rp16,2 triliun pada 15 September 2025.
Program ini menargetkan penciptaan tiga juta lapangan kerja melalui kombinasi stimulus jangka pendek seperti bantuan beras, insentif pajak, dan padat karya, serta inisiatif jangka panjang di sektor koperasi, perkebunan, perikanan, dan akuakultur.
“Fokus paket ini pada konsumsi sekaligus produktivitas patut diapresiasi. Dorongan daya beli melalui bantuan langsung dibarengi program riil jangka panjang. Tantangannya pada implementasi. Bila konsisten, paket ini bisa menjadi katalis nyata pertumbuhan,” tambah Gundy.
Baca Juga: Komisi XI DPR Menilai Suntikan Dana Rp 200 Triliun ke Bank Himbara Jadi Beban
Ia menegaskan pentingnya kebijakan fiskal yang counter-cyclical di tengah lemahnya permintaan swasta.
“Komitmen Menteri Purbaya membentuk satuan tugas khusus untuk mempercepat belanja adalah langkah tepat. Kini yang terpenting adalah memastikan realisasi berjalan seiring janji,” tuturnya.
Selanjutnya: Manulife Aset Manajemen Indonesia Bakal Akuisisi Schroder Indonesia
Menarik Dibaca: 7 Ciri Kepribadian Otrovert yang Langka
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News