kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.503.000   7.000   0,47%
  • USD/IDR 15.511   28,00   0,18%
  • IDX 7.760   25,02   0,32%
  • KOMPAS100 1.205   3,50   0,29%
  • LQ45 961   2,42   0,25%
  • ISSI 234   1,13   0,48%
  • IDX30 494   1,12   0,23%
  • IDXHIDIV20 593   1,74   0,29%
  • IDX80 137   0,38   0,27%
  • IDXV30 142   -0,50   -0,35%
  • IDXQ30 164   0,08   0,05%

Suharso: Indonesia Masih Kalah dengan Norwegia dan Korea Selatan Soal Ekonomi Biru


Senin, 18 Desember 2023 / 13:45 WIB
Suharso: Indonesia Masih Kalah dengan Norwegia dan Korea Selatan Soal Ekonomi Biru
ILUSTRASI. Potensi ekonomi biru di Indonesia sangat besar


Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Potensi ekonomi biru di Indonesia sangat besar mengingat Indonesia menjadi salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di dunia. 

Meski demikian, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Suharso Monoarfa mengakui bahwa Indonesia masih kalah dengan Norwegia dan Korea Selatan dalam pengembangan ekonomi biru. 

Di Noerwegia misalnya, total penciptaan nilai di industri kelautannya sangat besar mencapai NOK 680 miliar. Kemudian, 20,6% dari total Produk Domestik Bruto (PDB) Norwegia juga dikontribusikan oleh industri kelautan dan menyerap 11 % dari total tenaga kerja di sektor swasta. 

Baca Juga: Laut Indonesia Simpan Potensi EBT 60 GW, Investor Mulai Antre

"Kenapa bisa seperti itu? karena mereka didukung dengan riset yang sangat kuat. Sehingga menjadikan nelayan disana sangat kaya mengelola ikan tidak kaleng-kaleng seperti kita," jelas Suharso pada Indonesia Development Forum 2023, Senin (18/12). 

Hal serupa juga terjadi di Korea Selatan dengan keunggulan di bidang reset dan inovasi (RnD).

Melalui riset yang kuat, Korea Selatan mampu mengembangkan inovasi berbasis teknologi canggih sehingga pertumbuhan ekonomi biru mereka sangat baik. 

Baca Juga: Masih Banyak Tantangan untuk Turunkan Harga Listrik EBT

Beberapa teknologi yang sudah mereka terapkan diantaranya adalah pelayaran hijau dengan peralihan bahan bakar konvensional ke energi lebih bersih, teknolgi perkapalan tanpa nahkoda, transportasi dan logistik maritim digital yang mengefisiensi waktu operasional dari 40 jam menjadi 24 jam, hingga teknologi pangan biru yang mampu menciptakan peluang pasar seafood mencapai US$ 13,8 Triliun. 

"Lagi-lagi basisnya adalah riset, mereka mengedepankan pelayaran teknologi perkapalan tanpa nahkoda, transportasi logistik hingga maritim digital," tambah Suharso. 

Suharso mengakui bahwa riset kedua negara tersebut memang mendapatkan dukungan yang sangat besar dari pemerintah utamanya dalam hal pendanan. Sehingga mampu menciptakan banyak inovasi di bidang ekonomi biru. 

Untuk itu, penguatan riset ini menjadi salah satu hal yang memang diadopsi kedalam kebijakan pengembangan ekonomi biru di Indonesia kedepan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Efficient Transportation Modeling (SCMETM) Penerapan Etika Dalam Penagihan Kredit Macet

[X]
×