kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Strategi BI Hadapi Kenaikan Suku Bunga The Fed yang Kian Agresif


Kamis, 16 Juni 2022 / 18:39 WIB
Strategi BI Hadapi Kenaikan Suku Bunga The Fed yang Kian Agresif
ILUSTRASI. Strategi BI Hadapi Kenaikan Suku Bunga The Fed yang Kian Agresif


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) makin hawkish. The Fed dini hari tadi mengumumkan kenaikan suku bunga kebijakannya sebesar 75 basis poin (bps) dan merupakan yang tertinggi sejak November 1994. 

Dengan kenaikan ini, membawa suku bunga kebijakan The Fed untuk berada di kisaran 1,5% hingga 1,75%. Adapun, langkah ini dilakukan untuk menekan laju inflasi di negara Uwak Sam. 

Bank Indonesia (BI) mengatakan kenaikan suku bunga kebijakan The Fed ini akan menimbulkan dampak, terutama ke pasar negara berkembang termasuk Indonesia. Namun, BI mengatakan pihaknya akan terus melakukan pengawasan. 

Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI, Edi Susianto, mengungkapkan kesiapannya untuk mengawal dan bahkan untuk siap sedia dalam menjaga mekanisme pasar untuk berjalan dengan baik. 

Baca Juga: Sri Mulyani Beberkan Dampak Kenaikan Suku Bunga The Fed Terhadap Obligasi

“BI akan terus mengawal dan akan selalu berada di pasar, apabila diperlukan untuk menjaga mekanisme pasar berjalan dengan baik,” tegas Edi kepada Kontan.co.id, Kamis (16/6). 

Namun, Edi melihat dampak pengambilan keputusan yang agresif oleh The Fed saat ini memang berbeda-beda terhadap negara-negara di Asia. Dalam hal ini, ada mata uang negara yang mengalami pelemahan, tetapi ada juga yang malah menguat. 

Padahal, sebelumnya, mata uang negara-negara berkembang cenderung untuk melemah.

“Semoga kondisi ini menggambarkan dampak price in sudah mulai beragam, alias tidak melulu menekan nilai tukar. Namun, kami akan cermati perkembangan tersebut,” tandas Edi.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×