kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.404.000   -3.000   -0,12%
  • USD/IDR 16.687   12,00   0,07%
  • IDX 8.633   -7,44   -0,09%
  • KOMPAS100 1.183   -6,87   -0,58%
  • LQ45 847   -6,48   -0,76%
  • ISSI 308   -1,78   -0,58%
  • IDX30 440   0,35   0,08%
  • IDXHIDIV20 513   0,38   0,07%
  • IDX80 132   -0,90   -0,67%
  • IDXV30 141   0,28   0,20%
  • IDXQ30 141   0,20   0,14%

Bencana Sumatra Berpotensi Tekan Pertumbuhan Ekonomi di Bawah 5% pada Kuartal IV-2025


Minggu, 07 Desember 2025 / 19:47 WIB
Bencana Sumatra Berpotensi Tekan Pertumbuhan Ekonomi di Bawah 5% pada Kuartal IV-2025
ILUSTRASI. Warga melintasi jembatan alternatif yang menghubungkan Desa Blang Meurandeh di Desa Blang Puuk Beutong Ateuh Banggalang, Nagan Raya, Aceh, Minggu (30/11/2025). Banjir dan longsor di Sumatra sejak 23 November 2025 diperkirakan menekan pertumbuhan ekonomi nasional Q4 2025 ke bawah 5%. Analisis Indef.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Bencana banjir dan longsor yang melanda tiga provinsi di Sumatra yakni Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat sejak 23 November 2025 diperkirakan akan menekan pertumbuhan ekonomi nasional pada Kuartal IV-2025 ke bawah 5%.

Menurut laporan Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNBP), bencana banjir dan longsor yang melanda wilayah Sumatra mulai terjadi sejak tanggal 23 November 2025. Hal ini dipicu oleh hujan ekstrem sejak tanggal 18-20 November 2025. 

Hal ini menyebabkan aktivitas ekonomi di sejumlah wilayah terdampak lumpuh total selama dua pekan terakhir. Bahkan hingga awal Desember 2025 masih terdapat banyak wilayah yang terisolasi dan belum tersentuh bantuan karena terhambat akses jalan.

Baca Juga: Purbaya Ramal Ekonomi Kuartal IV Tumbuh 5,5%: Saham Naik, Belanja Masyarakat Kencang

Masyarakat terdampak kini sangat mengandalkan dukungan pemerintah dan berbagai pihak lainnya.

Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Indef, M Rizal Taufikurahman, mengatakan bahwa gangguan ekonomi yang terjadi memang bersifat sementara.

Namun dampaknya tetap signifikan karena Sumatra berkontribusi sekitar 22% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.

“Dengan terganggunya aktivitas ekonomi selama 10–15 hari di wilayah terdampak, tercipta kontraksi jangka pendek melalui terputusnya rantai logistik, tertahannya output pertanian dan industri berbasis sumber daya, serta melemahnya konsumsi rumah tangga akibat hilangnya pendapatan harian, khususnya di sektor informal,” jelas Rizal kepada Kontan, Minggu (7/12/2025).

Ia menambahkan, tekanan ekonomi akan semakin besar jika proses pemulihan berlangsung lebih dari 15 hari. Meski tidak mengubah arah pertumbuhan tahunan, bencana ini cukup menekan momentum pertumbuhan kuartalan dan meningkatkan volatilitas ekonomi regional maupun nasional.

Baca Juga: Data Ekonomi Kuartal IV Positif, Benarkah Ekonomi Telah Membaik

Rizal menjelaskan bahwa stimulus fiskal jangka pendek seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan bantuan sosial (bansos) hanya mampu menjaga daya beli minimum, dengan efek pengganda yang terbatas dalam satu kuartal.

Stimulus lain, seperti program magang nasional, dinilai lebih relevan untuk perbaikan struktural jangka menengah dan bukan instrumen yang efektif untuk merespons perlambatan ekonomi Kuartal IV.

“Tanpa akselerasi belanja produktif dan pemulihan sektor riil di wilayah terdampak bencana, kontribusi stimulus terhadap pertumbuhan Kuartal IV akan tetap minim,” ujar Rizal.

Menurutnya, dalam skenario tanpa bencana, pertumbuhan ekonomi Kuartal IV-2025 dapat mencapai sekitar 5%. Namun disrupsi akibat banjir dan longsor diperkirakan memangkas pertumbuhan sekitar 0,27%, sehingga realisasi pertumbuhan kemungkinan berada di kisaran 4,73%.

“Sehingga realisasi pertumbuhan berpotensi berada di bawah level tersebut,” tambahnya.

Rizal menekankan bahwa stimulus fiskal pemerintah hanya mampu menahan perlambatan ekonomi agar tidak jatuh lebih dalam, namun tidak cukup kuat untuk sepenuhnya menutup kehilangan output.

“Pertumbuhan Kuartal IV tetap positif, tetapi kualitasnya lebih rapuh dan berisiko menimbulkan tekanan pasokan di awal tahun berikutnya,” ujarnya.

Baca Juga: Airlangga Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Kuartal IV Jadi yang Tertinggi pada 2025

Sebagai informasi, alih fungsi hutan menjadi salah satu faktor yang memperparah risiko bencana banjir bandang dan longsor di tiga provinsi tersebut.

Greenpeace Indonesia mencatat hutan alam Sumatra kini hanya tersisa sekitar 11,6 juta hektare atau 24,4% dari total luas pulau, sehingga meningkatkan kerentanan terhadap bencana hidrometeorologi.

Selanjutnya: Sekda Jateng: Zakat ASN Lewat BAZNAS Berdayakan Masyarakat dan Masjid

Menarik Dibaca: Kehabisan Gaji Pasca PHK? Ini Solusi Finansial tanpa Stres dan Tetap Stabil

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×