kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.860   5,00   0,03%
  • IDX 7.383   69,47   0,95%
  • KOMPAS100 1.121   5,46   0,49%
  • LQ45 876   1,40   0,16%
  • ISSI 225   0,73   0,33%
  • IDX30 448   1,01   0,23%
  • IDXHIDIV20 536   0,07   0,01%
  • IDX80 127   0,45   0,36%
  • IDXV30 130   -0,11   -0,09%
  • IDXQ30 148   0,02   0,01%

Sri Mulyani Ungkap Strategi Hadapi Utang Jatuh Tempo Rp 434,29 Triliun di 2024


Kamis, 14 November 2024 / 14:13 WIB
Sri Mulyani Ungkap Strategi Hadapi Utang Jatuh Tempo Rp 434,29 Triliun di 2024
ILUSTRASI. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan pentingnya stabilitas dan kredibilitas Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam menghadapi utang jatuh tempo pada tahun ini yang mencapai Rp 434,29 triliun.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan pentingnya stabilitas dan kredibilitas Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam menghadapi utang jatuh tempo pada tahun ini yang mencapai Rp 434,29 triliun.

Pasalnya, kredibilitas APBN turut mempengaruhi bagaimana pasar dan pemegang surat utang dalam merespons instrumen keungan negara tersebut.

Sri Mulyani menjelaskan, jika pasar memandang APBN stabil dan kredibel, maka para pemegang surat utang yang jatuh tempo tidak akan buru-buru dalam mencairkan dana mereka.

"Kemudian kalau dia gak ada instrumen lain, dia bingung juga. Makanya biasanya mereka menunggu apakah kita akan issue baru dan baru mereka revolve saja," ujar Sri Mulyani dalam Rapat Kerja bersama Komisi XI DPR RI, Kamis (14/11).

Baca Juga: Terkait Underground Economy, Begini Penjelasan Sri Mulyani

Sri Mulyani mengatakan, semua utang jatuh tempo pada tahun ini akan dilakukan revolving atau diterbitkan kembali.

Dalam hal ini, pemerintah akan menerbitkan instrumen baru yang dibeli oleh para investor setelah instrumen sebelumnya jatuh tempo. Asal tahu saja, proses ini memungkinkan pemerintah untuk untuk mempertahankan arus keuangan yang stabil tanpa membebani APBN dengan pembayaran utang yang besar.

"Jadi semuanya di revolving, jadi kita ada yang revolve, ada yang baru  jadi. Makanya sebenarnya gross issuance kita sebetulnya lebih besar dari defisit financing," katanya.

Baca Juga: Tugas Baru Wamenkeu Anggito Abimanyu: Kejar Potensi Pajak dari Aktivitas Ilegal

Berdasarkan data Kementerian Keuangan (Kemenkeu) hingga akhir Oktober 2024, realisasi pembiayaan utang atau penarikan utang baru mencapai Rp 438,1 triliun hingga akhir Oktober 2024.

Realisasi ini setara 67,6% dari target penarikan utang tahun ini yang sebesar Rp 648,1 triliun.

Selanjutnya: Shopee Gelar 11.11 Big Sale, Penjualan Brand Lokal dan UMKM Naik 7,5 Kali Lipat

Menarik Dibaca: Apel vs Pisang, Buah Mana yang Lebih Baik Dikonsumsi Sebelum Olahraga

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×