kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Sri Mulyani Ungkap 52% Negara Berkembang Kesulitan Bayar Utang


Selasa, 05 Maret 2024 / 17:39 WIB
Sri Mulyani Ungkap 52% Negara Berkembang Kesulitan Bayar Utang
Menteri Keuangan Sri Mulyani ditemui di Jakarta (5/3/2024)


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Ketidakpastian perekonomian global membuat banyak negara berkembang terkena imbasnya. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, saat ini terdapat 52% negara berkembang yang tengah menghadapi permasalahan fiskal.

Hal ini turut dibahas dalam pertemuan para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (Finance Ministers and Central Bank Governors/FMCBG) di bawah Presidensi G20 Brasil, pada 28-29 Februari 2024 lalu.

“Banyak negara berkembang yang saat ini 52% negara itu sedang menghadapi masalah fiskal. APBN-nya tidak sehat, utangnya dalam kondisi yang tertekan,” tutur Sri Mulyani kepada awak media, Selasa (5/3).

Baca Juga: Sri Mulyani Hadiri Pertemuan G20 di Brasil, Sejumlah Topik Ini Dibahas

Ia menambahkan, dengan kondisi tersebut bahkan 52% negara berkembang tersebut tidak memiliki akses capital, sehingga mereka tidak mampu pulih sejak pandemi Covid-19. Maka dari itu negara berkembang tersebut masih memerlukan dukungan.

Dengan situasi tersebut juga sangat diperlukan institusi multilateral agar menjadi solusi, terutama dalam persoalan pembiayaan.

Sebelumnya Sri Mulyani juga menyampaikan, dalam pertemuan FMCBG di Brasil juga membahas tren dan guncangan global saat ini, seperti pandemi, perubahan iklim, teknologi digital, fragmentasi, dan proteksionisme perdagangan memperparah kesenjangan dan berdampak negatif bagi negara berpendapatan rendah.

“Terutama bagi keluarga miskin, perempuan, dan daerah tertinggal,” tambahnya mengutip keterangan tertulis, Jumat (1/3).

Baca Juga: Sri Mulyani: Kondisi Ekonomi Indonesia Masih Baik di Tengah Tekanan Ekonomi Global

Adapun pertemuan pertama FMCBG mendiskusikan agenda-agenda global terkini, seperti berbagai kebijakan ekonomi untuk mengatasi kesenjangan, perspektif global terhadap pertumbuhan, inflasi dan stabilitas keuangan, perpajakan internasional, sektor keuangan di abad 21, serta utang global dan keuangan berkelanjutan.

Pada pertemuan ini, para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 belum berhasil menyepakati semua isu yang tertuang dalam draft Communique yang telah melalui tahapan negosiasi oleh para Deputi Menteri Keuangan pada tanggal 21-22 Februari 2024 dan pada tanggal 26-27 Februari 2024.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×