Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menghadiri pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (Finance Ministers and Central Bank Governors, FMCBG) negara anggota G20 yang untuk pertama kalinya diselenggarakan di bawah Presidensi G20 Brasil.
Pertemuan ini dilaksanakan pada 28-29 Februari 2024 di Sao Paulo, Brasil.
Presidensi G20 Brasil mengangkat tema “Building a just world and a sustainable Planet” dan mengangkat tiga agenda utama, yaitu inklusi sosial dan pengentasan kelaparan, transisi energi dan pembangunan berkelanjutan dan reformasi tata kelola global.
Para Menteri Keuangan dan Gubernur juga menyadari risiko geopolitik akibat perang dan konflik terhadap perkembangan ekonomi dunia.
Baca Juga: Ini Gambaran Kondisi Fiskal, Ekonomi Hingga Investasi Jika Pemilu Terjadi 2 Putaran
Sri Mulyani menyampaikan, tren dan guncangan global saat ini, seperti pandemi, perubahan iklim, teknologi digital, fragmentasi, dan proteksionisme perdagangan memperparah kesenjangan dan berdampak negatif bagi negara berpendapatan rendah.
“Terutama bagi keluarga miskin, perempuan, dan daerah tertinggal,” tambahnya mengutip keterangan tertulis, Jumat (1/3).
Adapun pertemuan pertama FMCBG mendiskusikan agenda-agenda global terkini, seperti berbagai kebijakan ekonomi untuk mengatasi kesenjangan, perspektif global terhadap pertumbuhan, inflasi dan stabilitas keuangan, perpajakan internasional, sektor keuangan di abad 21, serta utang global dan keuangan berkelanjutan.
Pada pertemuan ini, para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 belum berhasil menyepakati semua isu yang tertuang dalam draft Communique yang telah melalui tahapan negosiasi oleh para Deputi Menteri Keuangan pada tanggal 21-22 Februari 2024 dan pada tanggal 26-27 Februari 2024.
Untuk itu, Presidensi Brasil mengeluarkan dokumen FMCBG berupa Chair’s Summary.
Baca Juga: Megawati Buka Suara Terkait Isu Sri Mulyani Ingin Mundur dari Kabinet
Para Menteri dan Gubernur sepakat bahwa pemulihan ekonomi lebih baik dari perkiraan, namun demikian prospek pertumbuhan jangka menengah masih terlihat lemah.
Situasi yang penuh tantangan ini memperburuk tekanan sosio-ekonomi dan lingkungan hidup yang telah ada, dan memberikan dampak negatif terhadap penduduk miskin dan rentan, yang sebagian besar tinggal di negara-negara berkembang.
Para Menkeu dan Gubernur juga berpandangan pentingnya melanjutkan upaya membuat bank-bank pembangunan multilateral (Multilateral Development Banks, MDBs) lebih baik, besar, dan efektif dengan merujuk pada capaian saat Presidensi Italia, Indonesia, dan India.
Baca Juga: Sri Mulyani Mulai Bahas APBN 2025, Pastikan Dipertajam dan Disusun Secara Hati-Hati
Selain itu, dorongan untuk segera mengimplementasikan 2 pilar perpajakan internasional (Two -Pillar Solution) terus digaungkan, utamanya untuk penandatanganan Konvensi Multilateral Pilar 1 pada akhir Juni 2024.
Lebih lanjut, para Menteri dan Gubernur menganggap perlu untuk terus memperkuat upaya pencegahan, kesiapsiagaan dan respons pandemi, serta meningkatkan mobilisasi pendanaan untuk mendukung investasi infrastruktur dan transisi yang adil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News