Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan berbagai kebijakan untuk melindungi masyarakat seperti melalui skema subsidi dan bantuan sosial terus dilakukan sebagai bagian dari strategi pemulihan ekonomi dan menjaga daya beli masyarakat melalui pengendalian inflasi.
Lebih lanjut, Sri Mulyani mengatakan, proyeksi inflasi 2023 yang berada di kisaran 2%-4% masih cukup realistis.
Hal ini sejalan dengan berbagai lembaga internasional yang memprakirakan inflasi Indonesia pada tahun 2022 masih berada di bawah 4,0% dengan konsensus dan perkiraan pasar pada Mei 2022 yang mencapai 3,6%.
“Kami berpandangan bahwa asumsi inflasi 2023 yang berada pada kisaran 2%-4% masih cukup realistis. Meskipun kita memahami dinamika yang sering muncul secara sangat tiba,” ujar Sri Mulyani dalam Rapat Paripurna Ke-24 Masa Persidangan V Tahun Sidang 2021-2022, Selasa (31/5).
Baca Juga: Lebih Rendah dari April, BI Perkirakan Inflasi Mei Sekitar 0,35%
Sri Mulyani menjelaskan, tingkat inflasi yang lebih rendah itu dipengaruhi oleh harga-harga komoditas yang sudah mulai melandai pada tahun 2023 dibandingkan tahun ini, meskipun masih berada pada level yang tinggi.
“Ini harus kita waspadai di dalam dinamika Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang berfungsi sebagai shock absorber,” jelasnya.
Sementara itu, laju inflasi global tahun 2023 juga diperkirakan akan lebih rendah jika dibandingkan pada tahun 2022. Hal ini diakibatkan pengetatan moneter yang mengendalikan sisi permintaan dan kemungkinan boom komoditas yang mulai mereda.
Baca Juga: Penerimaan Pajak bakal Kembali Lampaui Target
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat inflasi pada April 2022 mencapai 3,47% yoy, dimana angka tersebut merupakan yang tertinggi sejak awal pandemi Covid-19. Hal ini dikarenakan adanya kenaikan harga komoditas global dan faktor musiman pada bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri.
Meski angkanya relatif lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya, namun masih lebih baik jika dibandingkan dengan negara maju lainnya, seperti Amerika Serikat yang mencapai 8,4%, dan Inggris 9% .
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News