kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sri Mulyani Sebut Lebih dari 60 Negara akan Alami Krisis Utang


Rabu, 26 Oktober 2022 / 16:49 WIB
Sri Mulyani Sebut Lebih dari 60 Negara akan Alami Krisis Utang
ILUSTRASI. Saat ini ada lebih dari 60 negara yang diperkirakan memasuki situasi kesulitan utang yang memicu terjadinya krisis utang. Made Nagi/Pool via REUTERS


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, inflasi yang tinggi di banyak negara mengharuskan otoritas moneter melakukan respons dengan menaikkan suku bunganya dan pengetatan likuditas.

Dengan kondisi tersebut, dirinya menilai bahwa di era saat ini banyak negara yang sudah rapuh lantaran pada saat pandemi Covid-19 banyak negara yang telah melakukan langkah langkah luar biasa termasuk menggunakan instrumen fiskalnya.

Bahkan Sri Mulyani menyebut, saat ini ada lebih dari 60 negara yang diperkirakan memasuki situasi debt distress (kesulitan utang) sehingga hal tersebut memicu terjadinya krisis utang maupun krisis keuangan dan krisis ekonomi. Salah satunya seperti yang terjadi di negara Sri Lanka.

Baca Juga: Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia 2023 Menantang, IMF: The Worst is Yet to Come

"Lihat apa yang terjadi di Sri Lanka, barangkali Anda semuanya melihat dalam bentuk foto-foto atau kejadian krisis politik, krisis sosial, dan krisis ekonomi yang kompleks," ujar Sri Mulyani dalam Leaders Talk Series #2 "Indonesia Energy Investment Landscape", Rabu (26/10).

Untuk itu, Bendahara Negara ini mengingatkan bahwa situasi tersebut perlu diwaspadai. Hal ini lantaran proyeksi pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan melemah dan kemungkinan masuk ke jurang resesi di beberapa negara, terutama negara di Eropa dan beberapa negara yang harus melakukan berbagai macam pengetatan baik dari sisi fiskal dan moneter.

Ia bilang, pemerintah akan terus menjaga momentum pemulihan ekonomi di Indonesia, mengingat pelemahan ekonomi akan memberikan dampak kepada keseluruhan dunia seperti harga komoditas dan potensi debt distress di negara miskin, berkembang dan negara maju.

"Namun kita tetap waspada karena kecenderungan harga-harga yang meningkat dari pangan maupun energi maupun terjadinya penguataan dolar AS bisa menimbulkan imported inflation. Semua negara sedang menghadapi inflasi yang tidak mudah," pungkas Menkeu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×