kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sri Mulyani: Pertumbuhan ekonomi 5,27% di kuartal II 2018 melampaui perkiraan


Senin, 06 Agustus 2018 / 14:16 WIB
Sri Mulyani: Pertumbuhan ekonomi 5,27% di kuartal II 2018 melampaui perkiraan
ILUSTRASI. Menkeu Sri Mulyani


Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II 2018 mencapai 5,27%. Realisasi pertumbuhan ekonomi itu melampaui target pemerintah.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan target pemerintah, pertumbuhan ekonomi itu hanya sebesar 5,16%-5,17% di periode tersebut. "Pertumbuhannya lebih tinggi dan kami harapkan bagus. Ini terutama karena merupakan hasil domestic demand yang kuat," ujarnya saat ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan, Senin (6/8).

Ia juga mengatakan, terdapat beberapa komponen pertumbuhan ekonomi yang naik lebih tinggi dari perkiraan. Diantaranya konsumsi yang tumbuh jauh lebih tinggi yakni 5,17%. "Berarti apa yang kami lakukan selama ini, seperti stabilisasi harga itu bisa menjaga," tambah Sri Mulyani.

Belum lagi efek hari raya, puasa, libur panjang Lebaran, yang menimbulkan pengaruh cukup bagus di paruh pertama tahun ini. Pun juga bergesernya panen, menurut Sri Mulyani, juga membawa efek positi ke pertumbuhan ekonomif. "Lalu tunjangan hari raya (THR) dan gaji ke-13 itu juga memberikan hal yang positif," katanya.

Meski begitu, ia menilai, investasi masih di bawah target yang diharapkan. Terlihat dari pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang tumbuh di bawah 6%. Padahal di tiga kuartal sebelumya pertunbuhan PMTB sekitar 7%.

"Itu harus kita sikapi secara hati-hati. Apakah kemarin karena libur panjang, karena dari manufaktur juga rendah, jadi mungkin ada korelasi, trade off antara konsumsi yang jadi bagus, tapi manufaktur dan investasi agak lemah," jelas Sri Mulyani.

Aoal ekspor yang lebih lemah dan impor juga turut menjadi pemerintah. Maka itu, pekerjaan rumah ke depan yakni terus terus memacu investasi, agar dengan pertumbuhan di atas 5,2% tidak menimbulkan komplikasi dari sisi neraca pembayaran.

Pasalnya, kalau ekspornya terlalu lemah dan impor terlalu rendah, maka pertumbuhan ekonomi akan menimbulkan tekanan pada neraca pembayaran. "Itu yang mungkin saya sampaikan. Tapi overall saya senang dengan data itu," imbuh dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×