Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Noverius Laoli
“Fokusnya tetap sama, pulih, tetapi terutama masyarakat paling rentan harus diberikan pemihakan lebih banyak, sehingga waktu pulih kemiskinan juga turun, juga gini koefisien turun merata, dan juga pulih sambil penciptaan kesempatan kerja baru,” ungkapnya.
Ia juga menuturkan bahwa di tahun 2022 penguatan pemulihan ekonomi harus benar-benar pragmatik.
“Kalau masih diingat di tahun 2020, saat itu memasukan ketahanan pangan, absorbsinya juga tidak banyak, makanya di penguatan pemulihan ekonomi ini kita harus benar-benar pragmatik, mana yang bisa jalan,” katanya.
Baca Juga: Realisasi Anggaran Reguler Kemenkes Tahun 2021 Mencapai 94%
Di kesempatan yang sama, mantan Managing Director World Bank ini juga membuat pernyataan bahwa terkait ibu kota negara (IKN) baru bisa dimasukan ke klaster penguatan ekonomi kalau kementeriannya siap.
“Misalnya PUPR waktu mengatakan akan memulai membuat jalannya itu, kalau memang mereka bisa execute di 2021, di 2022 ini kita bisa anggarkan Rp 178 triliun ini, itu yang bisa kita lakukan. Di 178 triliun kita akan lihat kesiapan K/Lnya, kemampuan eksekusinya, dan dampak ekonominya yang paling optimal, kemudian kita berikan prioritas untuk bisa diberikan 178,3 triliun ini,” tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News