Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonomi global sedang tidak stabil. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun mewanti-wanti situasi global terkini, mulai dari suku bunga yang merangkak naik, dolar AS yang menguat, hingga inflasi yang menyentuh dua digit di negara maju.
Menurut Sri Mulyani, pemerintah pun akan terus waspada dalam merespons segala kebijakan. Sebab diperkirakan akan terjadi krisis yang bahkan belum tentu terjadi dalam kurun waktu 40 tahun ini.
Maka itu, Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2023 telah dirancang sedemikian rupa untuk menghadapi gejolak di tengah ketidakpastian global tersebut.
“RAPBN 2023 didesain sedemikian rupa, sebuah statement pemerintah dalam menjaga policy di tengah guncangan dan ketidakstabilan yang belum tentu terjadi dalam 40 tahun ini,” tutur Sri Mulyani dalam cuitan akun instagramnya @smindrawati, Rabu (28/9).
Baca Juga: SiLPA APBN hingga Agustus Rp 394,2 Triliun, akan Dipakai untuk Bayar Subsidi Energi
Ia menyebutkan, tahun depan pendapatan negara diproyeksikan mencapai Rp 2.463 triliun. Sebuah angka yang aman bila melihat kondisi perekonomian kini dan proyeksi masa mendatang.
Selain itu, gejolak harga komoditas menjadi pendukung asumsi ini karena imbasnya yang cukup signifikan pada sisi pajak, bea keluar, dan pendapatan negara bukan pajak (PNBP). Namun, mekanisme untuk mengamankan penerimaan negara apabila harga komoditas tidak setinggi yang diasumsikan, tetap disiapkan.
Kemudian, belanja negara diproyeksikan sebesar Rp 3.061,2 triliun yang akan fokus pada peningkatan kualitas SDM, mendukung persiapan pemilu. Lalu untuk mengakselerasi pembangunan IKN, serta menyelesaikan beragam proyek infrastruktur strategis yang bermanfaat bagi masyarakat dan perekonomian. Transfer ke daerah dialokasikan Rp 814,7 triliun, untuk mendukung sektor prioritas yang akan dilaksanakan daerah.
Defisit anggaran didorong semakin menurun menjadi Rp 598, 2 triliun atau 2,84% PDB. Namun dengan menjaga belanja negara sebesar Rp 3.061,3 triliun cukup memadai untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi agar semakin menguat serta mendukung berbagai agenda pembanguan secara optimal.
Baca Juga: Tren Kenaikan Suku Bunga Berlanjut, Ekonomi Global Terancam Resesi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News