Reporter: Siti Masitoh | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia termasuk salah satu negara yang mampu menekan inflasi saat pandemi Covid-19 berlangsung, dibanding negara-negara lain di dunia.
Hal tersebut disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam Indonesia PPP-Day Plenary Session - Quality Infrastructure Investment for Sustainable and Inclusive Growth, Senin (28/3).
Sri Mulyani mengatakan, tekanan inflasi yang dilakukan pemerintah tidak lah mudah. Terlebih, pandemi Covid-19 memberikan dampak yang luar biasa, dan telah mengubah kegiatan-kegiatan ekonomi di dunia. Dimana selama 1,5 tahun pandemi, Pemerintah berupaya untuk pulih bersama, tidak hanya dari segi kesehatan juga dari segi ekonomi.
Di satu sisi, berbagai varian-varian covid terus muncul, tetapi Indonesia masih mampu mengatur konsekuensi dari perkembangan pandemi tersebut. Meski begitu, Ia akan terus waspada dengan kondisi yang ada, dan terus memantau perkembangan varian Omicron, karena dikhawatirkan akan menjaga pemulihan ekonomi.
Baca Juga: Sri Mulyani Jelaskan Upaya Pemerintah Menuju Transisisi Pandemi Menuju Endemi
“Di Indonesia kita masih bisa menekan tingkat inflasi, sebagai dampak pandemi Covid-19. Indonesia bersama dengan negara-negara lain di dunia ini telah menggunakan kebijakan yang ada khususnya di bidang fiskal, makro dan kebijakan finansial untuk menekan inflasi,” jelasnya.
Adapun, dampak dari banyak negara dari adanya pandemi covid ini membuat beberapa negara di dunia harus menghadapi inflasi yang tinggi, seperti yang dialami Amerika Serikat, Eropa dan lainnya, yang akhirnya terpaksa membuat mereka membuat kebijakan moneter yang lebih ketat lagi.
“Dan ini menciptakan kerumitan dalam proses pemulihan bagi banyak negara di dunia ini,” tutur Sri Mulyani.
Baca Juga: Terima Kunjungan Presiden IsDB, Jokowi Bahas Potensi Energi Terbarukan di Indonesia
Lebih lanjut, bendahara keuangan negara ini menuturkan, ke depan, dunia termasuk Indonesia masih akan dihadapkan dengan berbagai tantangan yang tidak pasti, baik dari efek covid, maupun dari situasi geopolitik Rusia dan Ukraina, serta lingkungan kebijakan yang makin menantang.
Untuk itu, salah satu stimulus yang dilakukan pemerintah untuk melakukan pemulihan, salah satunya adalah dengan mengeluarkan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sebesar Rp 455,62 triliun pada tahun ini. Jumlah anggaran ini turun dari tahun 2021 yang mencapai Rp 744,77 triliun.
“Kami alokasikan Rp 455 triliun untuk mendukung recovery atau pemulihan, dan intervensi yang kuatlah membantu menciptakan kesempatan kerja dan juga membantu ekonomi yang ada dan mencegah masyarakat menuju kemiskinan,” imbuh Sri Mulyani.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News