kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,73   -14,78   -1.58%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sri Mulyani Ingatkan Dunia Sedang Berada Dalam Bahaya


Kamis, 13 Oktober 2022 / 08:01 WIB
Sri Mulyani Ingatkan Dunia Sedang Berada Dalam Bahaya
ILUSTRASI. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati kembali menyampaikan situasi ekonomi global yang tidak menentu.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati kembali menyampaikan situasi ekonomi global yang tidak menentu. Bahkan dirinya mengatakan bahwa kondisi ekonomi dunia semakin mengerikan dalam situasi yang berbahaya karena dapat memicu risiko resesi global.

Hal tersebut disampaikan langsung oleh dirinya pada saat menghadiri pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral Negara anggota G20 di Washington DC, Amerika Serikat (AS), Kamis (13/10).

"Kita bertemu lagi saat situasi ekonomi global menjadi lebih menantang dan saya pikir tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa dunia dalam bahaya," ujar Sri Mulyani dalam pertemuannya yang dipantau melalui akun Youtube Bank Indonesia, Kamis (13/10).

Baca Juga: Sri Mulyani: Bank Dunia Siap Gelontorkan US$ 30 Miliar untuk Atasi Krisis Pangan

Sri Mulyani mengatakan, situasi ekonomi global saat ini diwarnai oleh banyak tantangan dan risiko yang semakin meningkat, seperti inflasi yang tinggi, pertumbuhan ekonomi yang melambat, ancaman krisis energi dan pangan, masalah perubahan iklim, serta fragmentasi geopolitik.

Perang Rusia-Ukraina yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda makin memperburuk ketahanan pangan global. Harga energi masih bergejolak, hingga harga pangan dan pupuk yang masih tinggi. Pasalnya, kedua negara tersebut memiliki peran strategis dalam hal perdagangan Internasional.

Rusia merupakan negara pemasok minyak mentah terbesar ke dunia, sehingga ketika terjadi perang maka harga minyak dunia juga melambung tinggi. Begitu juga dengan Ukraina yang merupakan salah satu negara pemasok komoditas pangan terbesar di dunia, seperti gandum.

"Konsekuensi dari pandemi dan kejutan dari cuaca ekstrim kemungkinan akan membuat krisis pangan terus melanda," kata Sri Mulyani.

Baca Juga: Butuh Dana Besar untuk Transisi Energi, Sri Mulyani Minta Bantuan IMF

Di hadapan petinggi G20, Sri Mulyani mengatakan bahwa pandemi dan perang di Ukraina telah membuat harga energi melonjak yang berujung pada efek kekurangan energi dan masalah krisis energi. Bahkan lonjakan harga energi juga telah mempengaruhi banyak negara. Namun negara berkembang yang menjadi pengimpor energi justru menanggung beban lebih dalam.

Situasi tersebut juga diperparah ketika negara-negara maju mengubah arah kebijakan moneternya, seperti menaikkan suku bunga dengan sangat agresif sehingga menciptakan risiko rembesan di seluruh dunia. Perang harga komoditas, peningkatan inflasi global dan pengetatan likuiditas telah meningkatkan risiko tekanan yang memberatkan , tidak hanya di negara berpenghasilan rendah tetapi juga negara pendapatan menengah hingga negara maju.

"Kita dapat memperkirakan bahwa situasi global tetap sulit di tahun 2022 dan mungkin bisa meluas hingga 2023. Kristalina (Direktur Pelaksana IMF) akan berbagi dengan kita tentang proyeksi IMF, kita tidak boleh mengabaikan kemungkinan peningkatan risiko resesi," pungkas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×