kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sri Lanka Bangkrut, Sri Mulyani Diminta Waspadai Efeknya ke Indonesia


Selasa, 12 Juli 2022 / 18:57 WIB
Sri Lanka Bangkrut, Sri Mulyani Diminta Waspadai Efeknya ke Indonesia
ILUSTRASI. Ekonomi Sri Lanka sedang babak belur. Bahkan negara tersebut dicap bangkrut akibat gagal bayar utang luar negeri yang mencapai Rp 754 triliun.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonomi Sri Lanka sedang babak belur. Bahkan negara tersebut dicap bangkrut akibat gagal bayar utang luar negeri yang mencapai Rp 754 triliun.

Gara-gara itu, Pemerintah Sri Lanka menutup sekolah dan menghentikan layanan publik lainnya karena tidak ada suplai energi. Sehingga hal tersebut mendorong warganya kabur dari negaranya.

Anggota Komisi XI DPR Fraksi Gerindra Kamrussamad mewanti-wanti Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dampak dari krisis poltik dan ekonomi Sri Lanka terhadap Indonesia.

"Sejak awal saya termasuk yang melihat krisis ekonomi di Sri Lanka akan diikuti krisis politik. Dan, saat ini terjadi," ujar Kamrussamad dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan.co.id, Selasa (12/7).

Baca Juga: Selain Sri Lanka, Dua Negara Tetangga Indonesia Ini Terancam Bangkrut

Memang, kata dia, apabila dilihat dari segi perdagangan, krisis Sri Lanka secara langsung tidak memiliki efek besar ke Indonesia. Hal ini dikarenakan konstribusi baik untuk eskpor maupun impor, tidak mengganggu baik neraca perdagangan maupun cadangan devisa negara.

Ia menyebut, ekspor Indonesia ke Sri Lanka sekitar 0,16% dari total ekspor Indonesia pada tahun 2021. Sementara impor Indonesia dari Sri Lanka juga sekitar 0,03% dari total impor negeri ini pada tahun 2021.

"Meski tidak ada dampak langsung, tetap ada risiko dampak tidak langsung yang perlu diwaspadai. Yaitu meluasnya krisis ke negara lain," katanya.

Apalagi, tanda-tanda kebangkrutan ekonomi Sri Lanka ditunjukkan dengan adanya kenaikan harga kebutuhan pokok. Dus, Kamrussamad meminta Sri Mulyani mewanti-wanti atas kondisi tersebut karena juga sedang terjadi di Indonesia.

"Dan ini sedang terjadi juga di Indonesia. Siapa yang mengira, meski di tahun 1996 pertumbuhan ekonomi Indonesia 8%, tapi satu tahun berikutnya, 1997, Indonesia dihantam krisis cadangan devisa dan valuta," ungkapnya.

Kamrussamad menegaskan, jika tidak ada pemulihan di Sri Lanka, potensi meluasnya krisis ekonomi baik di Asia maupun kawasan lainnya semakin besar. Sehingga risiko tidak langsung ini, perlu diantisipasi. Sebab jika hal tersebut terjadi maka dampaknya akan sangat besar.

Baca Juga: 5 Hal yang Akan Terjadi Jika Suatu Negara Bangkrut seperti Sri Lanka

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×