kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,53   14,22   1.56%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sosiolog : Demo brutal, simpatik masyarakat hilang


Kamis, 29 Maret 2012 / 22:10 WIB
Sosiolog : Demo brutal, simpatik masyarakat hilang
ILUSTRASI. Wakil Presiden Ma'ruf Amin melakukan kunjungan kerja ke Lampung, Senin (22/3/2021).


Reporter: Noverius Laoli |

JAKARTA. Demonstrasi besar-besaran yang digelar oleh mahasiswa dan buruh saat ini untuk menolak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) berpotensi mengarah pada konflik horizontal. Pasalnya, di beberapa tempat, di mana mahasiswa sudah mulai bertindak rusuh, merusak fasilitas umum dan mengganggu ketenangan masyarakat.

Sosiolog, Imam Prasodjo melihat tindakan brutal mahasiswa ini mungkin masih bisa ditolerir oleh masyarakat dalam waktu singkat, seperti sehari atau dua hari. Namun, jika perusakan yang dilakukan berlangsung lama, hal itu bisa berpotensi memicu konflik horizontal. Masyarakat akan kehilangan kesabaran dan rasa simpatik, lalu membalas tindakan brutal mahasiswa tersebut dengan menyerang para demonstran. Dan hal itu bisa menimbulkan kekacauan atau chaos.

"Lalu, demonstrasi ini justru bisa membawa mudarat bagi kita," ujarnya kepada KONTAN, Kamis (29/3).

Sementara itu, sejauh pengamatan Imam, demonstrasi atas kenaikan BBM saat ini masih abu-abu. Sebab sampai saat ini belum terlihat jelas faktor atau sumbu yang menjadi pemicu utama kekesalan masyarakat. Apakah benar, para buruh atau pedagang kaki lima tidak puas terhadap pemerintah akibat menaikkan harga BBM? Atau ketidakpuasan ini sudah terorganisir oleh kelompok tertentu? Semuanya sampai detik ini susah diraba.

Namun seyogianya, demonstrasi, bisa menimbulkan efek yang sangat dahsyat jika disertai dengan kekesalan yang muncul dari masyarakat kelas bawah dan menengah. Baik itu karena represif aparat keamanan, maupun kehidupan yang semakin mengimpit. Kekesalan ini bisa menjadi bahan bakar utama jika demonstrasi itu terorganisir.

Itu artinya, ada yang menjadi pemimpin. Dengan demikian, akumulasi kekesalan yang terorganisir bisa menjadi bom waktu bagi lahirnya demonstrasi besar-besaran. “Tapi berdasarkan pengamatan saya, demonstrasi mahasiswa saat ini masih mengklaster dan tidak melebar pada khalayak luas, seperti ada sebagian mahasiswa yang ikut demonstrasi tapi sebagian tidak,” demikian pengamatan Imam.

Lebih lanjut menurutnya, demonstrasi itu akan bisa berlangsung lama jika ada yang mendanai. Jika pada zaman pelengseran Soeharto, hampir semua golongan masyarakat mendukung dan mendanai. Namun, saat ini belum terlihat siapa yang punya kepentingan di balik demonstrasi tersebut.

“Tapi karena pemilu 2014 sudah di ujung mata, sulit dielakkan bahwa partai-partai politik mulai saling menjegal dan memanfaatkan segala kesempatan untuk saling menjatuhkan,” nilainya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×