kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Skema perbaikan ekonomi jangka panjang Indonesia


Minggu, 20 November 2016 / 18:06 WIB
Skema perbaikan ekonomi jangka panjang Indonesia


Reporter: Hasyim Ashari | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Pemerintahan Peresiden Joko Widodo (Jokowi) selama dua tahun terakhir mencoba melakukan reformasi ekonomi Indonesia. Ada tiga sektor yang menjadi fokus perbaikan ekonomi, yaitu dari sisi sektor fiskal, moneter dan perbaikan sektor riil.

Kepala Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Suahasil Nazara menyampaikan, tiga sektor ini yang sekarang sedang diperbaiki. Hal ini demi meningkatkan ekonomi Indonesia untuk jangka menengah dan jangka panjang.

"Resep memperbaiki ekonomi nasional yaitu dengan melakukan perbaikan pada tiga sektor yaitu sektor fiskal, sektor moneter dan perbaikan sektor rill," ujar Suahasil beberapa waktu lalu.

Pertama, kebijakan fiskal yaitu dengan memperbaiki penerimaan dan pengeluaran negara. Untuk penerimaan, pemerintah sudah mencanangkan reformasi perpajakan yang dimulai dengan program tax amnesty. "Program ini memperbaiki wajib pajak, petugas pajak dan sistem perpajakan," ungkap Suahasil.

Kemudian untuk menopang itu, pemerintah juga akan merevisi sejumlah undang-undang perpajakan. Di mana salah satunya yaitu UU Ketentuan Umum Perpajakan (KUP) dan salah satu perbaikannya yaitu membuat lembaga pajak yang indevenden. "Untuk UU PPh dan UU PPN tahun depan akan masuk ke DPR," paparnya.

Untuk pengeluaran sejak tahun 2015, pemerintah sudah mencoba overhaul. Dan yang pertama kali dilakukan yaitu dari sisi pengeluaran subsidi BBM, di mana pada 2014 anggaran itu mencapai Rp 350 triliun. Selama dua tahun ini, pemerintah dapat memangkas dan menyalurkan ke sektor yang lebih produktif.

"Tahun depan subsidi BBM hanya tersisa Rp 77 triliun. Visi pengeluaran kita dibuat lebih benar yaitu untuk pengeluaran fokus pafa infrastruktur yang mencapai Rp 370 triliun, lebih besar daripada anggaran subsidi 2014," paparnya.

Kedua, yaitu kebijakan moneter, di mana Bank Indonesia melakukan beberapa pelonggaran moneter dan menjaga stabilitas inflasi dengan berada di pasar. Meskipun kebijakaan saat ini belum bisa dirasakan seutuhnya namun diperkirakan itu akan dirasakan pada tahun selanjutnya. "Mudah-mudaham dampaknya tahun depan mulai terasa karena dampak dari kebijakan moneter ke sektor riil nya butuh waktu," ujar Suahasil.

Ketiga, yaitu perbaikan di sektor riil, pemerintah mencoba memperbaiki sektor ini dengan menerbitkan sejumlah paket ekonomi yang saat ini jumlahnya sudah mencapai 14 paket. Suahasil mengatakan, paket kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dalam rangka untuk memperbaiki sektor riil.

Suahasil yakin, meskipun saat ini banyak terjadi rekomposisi aset akibat dari terpilihnya Donald Trump, di mana salahsatunya aset yang ada di Indonesia keluar. Namun ia menilai, itu hanya sementara aset itu suatu saat akan direkomposisi lagi. "Kemana aset itu berlabuh tergantung apa yang kita lakukan sekarang," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×