Reporter: Hendra Gunawan | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Grup Sinar Mas menilai penempatan Eka Tjipta Widjaja di peringkat 142 orang terkaya di dunia dalam Bloomberg Billionaires Index, merupakan hal yang keliru. Managing Director Sinar Mas, G. Sulistiyanto menyebutkan, pihaknya perlu meluruskan beberapa hal terkait hasil riset dan survei yang menempatkan Eka sekaligus sebagai orang terkaya di Indonesia itu.
"Pertama, Sinar Mas bukanlah sebuah perusahaan induk (holding company) sehingga tidak pernah mengeluarkan laporan keuangan secara terintegrasi yang meliputi seluruh pilar bisnis yang ada," sebut Sulistiyanto dalam email klarifikasinya yang diterima Kompas.com.
Sinar Mas, lanjut dia, adalah sebuah brand yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan dengan nilai korporasi dan sejarah yang sama, namun masing-masing dari mereka independen dengan manajemen tersendiri.
Perusahaan-perusahaan tersebut, menurutnya, dikelompokkan ke dalam enam pilar bisnis yang terdiri atas pulp dan kertas, agribisnis dan makanan, pengembang dan real estat, jasa keuangan, telekomunikasi, serta energi dan infrastruktur. "Sebagian besar perusahaan yang berada disana berstatus perusahaan terbuka yang terikat oleh prinsip corporate governance, serta regulasi dan ketentuan dari pemerintah Indonesia," tambahnya.
Kedua, sebut dia, sejak tahun 2004 Eka Tjipta memutuskan untuk berkonsentrasi pada kegiatan sosial dan tidak terlibat dalam pengelolaan atau duduk dalam struktur manajemen perusahaan yang ada dalam pilar bisnis Sinar Mas.
“Jika terdapat sebuah lembaga yang mengeluarkan hasil perhitungan secara menyeluruh atas aset Sinar Mas, jelas terjadi sebuah kekeliruan disana mengingat Sinar Mas bukanlah sebuah perusahaan induk. Selain itu Eka Tjipta Widjaja sendiri sejak lama tidak lagi terlibat dalam pengelolaan perusahaan yang berada di bawah brand Sinar Mas, sehingga menempatkan beliau peringkat orang terkaya juga kekeliruan,” ungkap Sulistiyanto.
Sinar Mas mengaku mengapresiasi upaya setiap lembaga – dalam hal ini media – yang mencoba memperingkatkan pencapaian bisnis para pelaku usaha karena hal ini dapat menjadi sumber inspirasi bagi setiap pelaku usaha khususnya di Indonesia untuk lebih inovatif, kompetitif dan tumbuh menjadi pemain global.
"Namun, kami sangat berharap upaya itu didasari pada riset yang akurat, mendalam, dan obyektif sehingga hasilnya justru tidak menimbulkan kesalahan persepsi," kata Sulistiyanto. (Kompas.com)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News