Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat realisasi penarikan utang baru hingga saat ini telah mencapai Rp 570,1 triliun atau 77,94% dari outlook 2025 sebesar Rp 731,5 triliun.
Kepala Center of Macroeconomics and Finance Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Rizal Taufikurahman menilai, realisasi tersebut menunjukkan strategi penarikan utang pemerintah yang cenderung lebih cepat dibandingkan perkembangan defisit anggaran.
Baca Juga: SPT 2025 Lewat Coretax, DJP Minta WP Segera Aktivasi Akun
“Ini menunjukkan bahwa pemerintah menarik utang lebih cepat daripada pelebaran defisit, terbukti dari munculnya Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) sebesar Rp 53,2 triliun,” ujar Rizal kepada Kontan.co.id, Minggu (23/11/2025).
Ia menjelaskan, kendati defisit anggaran telah mencapai Rp 479,7 triliun sementara pendapatan negara melemah, kebutuhan pembiayaan tambahan masih tetap ada.
Namun, tekanan untuk mengejar pembiayaan hingga batas maksimal outlook dinilai berkurang karena realisasi belanja pemerintah masih belum optimal.
Rizal mencatat bahwa realisasi Transfer ke Daerah (TKD) serta belanja kementerian/lembaga (K/L) yang masih tertahan membuat kebutuhan pembiayaan jangka pendek menjadi tidak terlalu menekan.
Mengacu pada pola historis eksekusi pembiayaan pada November–Desember, posisi kas pemerintah yang masih mencatat SiLPA, serta revisi rencana pembiayaan yang telah diturunkan menjadi Rp 731,5 triliun, Rizal memperkirakan realisasi pembiayaan utang hingga akhir tahun akan berada di kisaran Rp 695 triliun hingga Rp 710 triliun, atau sekitar 95%–97% dari outlook.
Baca Juga: BI Perluas Operasi Moneter Yuan & Yen, Ini Peluang dan Risiko bagi Rupiah
Ia menambahkan, kondisi pasar Surat Berharga Negara (SBN) yang relatif stabil juga menjadi faktor yang mengurangi urgensi pemerintah untuk memaksimalkan penarikan pembiayaan.
“Pemerintah kemungkinan tidak akan menutup tahun dengan membidik pembiayaan penuh Rp 731,5 triliun, kecuali terjadi lonjakan belanja pada Desember. Dengan demikian, risiko overshooting pembiayaan relatif kecil,” jelasnya.
Selanjutnya: Indonesia Gandeng Perusahaan Rusia Bangun Kapal Listrik, Ini Kata Iperindo
Menarik Dibaca: Cara Mengaktifkan Fitur Facebook Pro, Ikuti Langkah Demi Langkah Berikut Ini Ya!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













