kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.714.000   12.000   0,71%
  • USD/IDR 16.430   54,00   0,33%
  • IDX 6.647   -17,63   -0,26%
  • KOMPAS100 942   -8,98   -0,94%
  • LQ45 738   -9,69   -1,30%
  • ISSI 209   1,77   0,85%
  • IDX30 384   -5,57   -1,43%
  • IDXHIDIV20 461   -6,31   -1,35%
  • IDX80 107   -1,15   -1,06%
  • IDXV30 110   -0,84   -0,76%
  • IDXQ30 126   -1,79   -1,40%

Setoran Pajak hingga Februari 2025 hanya Rp 298,87 Triliun, Ini Penyebabnya


Kamis, 13 Maret 2025 / 13:13 WIB
Setoran Pajak hingga Februari 2025 hanya Rp 298,87 Triliun, Ini Penyebabnya
ILUSTRASI. Kemenkeu melaporkan realisasi penerimaan pajak secara bruto hingga akhir Februari 2025 hanya terkumpul Rp 298,87 triliun.ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/tom.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporkan realisasi penerimaan pajak secara bruto hingga akhir Februari 2025 hanya terkumpul Rp 298,87 triliun.

Angka ini turun 9,42% jika dibandingkan realisasi akhir Februari 2024 secara bruto yang mencapai Rp 329,8 triliun.

Wakil Menteri Keuangan Anggito Abimanyu mengatakan bahwa penerimaan pajak hingga akhir Februari 2025 tersebut mengalami perlambatan dikarenakan faktor harga komoditas.

Baca Juga: Setoran Pajak Hanya Rp 88,89 Triliun di Januari 2025, Anjlok 41,86%

Beberapa harga komoditas utama yang melambat antara lain batubara (-11,8%), minyak brent (-5,2%), dan nikel (-5,9%).

"Penerimaan pajak 2025 di Januri-Februari ini lebih rendah karena faktor pertama itu adalah penurunan dari harga komoditas utama," ujar Anggito dalam Konferensi Pers di Jakarta, Kamis (13/3).

Dalam paparannya, penerimaan pajak secara bruto pada Januari 2025 tercatat Rp 159,05 triliun, kemudian menurun pada Februari 2025 menjadi Rp 139,82 triliun.

Jika dibandingkan dengan realisasi bruto pada Desember 2024 yang sebesar Rp 248,8 triliun, angka tersebut mengalami penurunan yang cukup tajam.

Baca Juga: Tanpa Coretax, Begini Cara Pelaporan SPT Tahunan 2024 Secara Online

Kendati begitu, Anggito memastikan bawah hal tersebut merupakan tren yang biasa dikarenakan pada Desember terdapat efek Nataru dan akhir tahun anggaran.

"Kalau kita lihat dalam empat tahun terakhir itu polanya sama. Di Desember itu naik cukup tinggi karena ada efek Nataru karena akhir tahun dan menurun di bulan Januari dan Februari. Itu sama setiap tahun. Jadi tidak ada hal yang anomali, jadi sifatnya normal saja," katanya.

Selanjutnya: Dana Nasabah di Perbankan Terancam Pindah ke SBN, Ini Alasannya

Menarik Dibaca: Seimbangkan Bisnis dan Sosial, Y.O.U Luncurkan Kampanye Ramadan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×