kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.360.000   29.000   1,24%
  • USD/IDR 16.616   9,00   0,05%
  • IDX 8.067   -160,68   -1,95%
  • KOMPAS100 1.104   -18,58   -1,66%
  • LQ45 772   -16,13   -2,05%
  • ISSI 289   -5,28   -1,79%
  • IDX30 403   -8,81   -2,14%
  • IDXHIDIV20 455   -7,63   -1,65%
  • IDX80 122   -2,25   -1,82%
  • IDXV30 131   -1,45   -1,10%
  • IDXQ30 127   -1,92   -1,49%

Setoran Bea Masuk Anjlok, Wamenkeu: Dampak Penurunan Tarif dan FTA


Selasa, 14 Oktober 2025 / 15:25 WIB
Setoran Bea Masuk Anjlok, Wamenkeu: Dampak Penurunan Tarif dan FTA
ILUSTRASI. Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan, penurunan penerimaan bea masuk merupakan konsekuensi dari kebijakan penurunan tarif dan pemanfaatan perjanjian perdagangan bebas


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Penerimaan bea masuk hingga akhir September 2025 tercatat Rp 36,6 triliun, atau turun 4,6% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. 

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan, penurunan penerimaan bea masuk ini merupakan konsekuensi dari kebijakan penurunan tarif dan pemanfaatan perjanjian perdagangan bebas (Free Trade Agreement/FTA).

"Ini adalah karena penurunan tarif bea masuk, ada juga efek dari bea masuk komoditas pangan, dan juga banyak sekali perdagangan yang mengutilisasi free trade agreement dengan tarif bea masuk yang lebih rendah," ujar Suahasil dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (14/10/2025).

Baca Juga: Wamenkeu Akui Realiasasi Belanja Negara Masih Lambat hingga September 2025

Suahasil menilai, meskipun penerimaan dari bea masuk menurun, kebijakan tersebut justru membawa manfaat bagi dunia usaha dan perekonomian nasional. 

"Ini juga sudah membantu perekonomian kita untuk bekerja, karena sebagian dari bea masuk ini adalah bea masuk untuk barang modal maupun barang untuk keperluan produksi," katanya.

Sementara itu, penerimaan dari bea keluar justru mencatat lonjakan signifikan. Hingga September, realisasinya mencapai Rp 21,4 triliun, naik 74,8% dibandingkan tahun sebelumnya. 

Kenaikan ini didorong oleh tingginya harga CPO (Crude Palm Oil), meningkatnya volume ekspor sawit, serta kebijakan ekspor konsentrat tembaga.

Sementara itu, penerimaan cukai tercatat Rp 163,3 triliun atau tumbuh 4,6% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, meski produksi cukai hasil tembakau (CHT) menurun 2,9%.

Baca Juga: Menkeu Purbaya Buka Peluang Turunkan Tarif PPN pada Tahun 2026

Selanjutnya: Saham Siloam Hospitals (SILO) Terus Tertekan, Begini Rekomendasi Analis

Menarik Dibaca: Promo Alfamart Snack Fair Periode 1-15 Oktober 2025, Beli 1 Gratis 1 Lay’s-Cheetos

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×