kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.407.000   1.000   0,04%
  • USD/IDR 16.687   12,00   0,07%
  • IDX 8.633   -7,44   -0,09%
  • KOMPAS100 1.183   -6,87   -0,58%
  • LQ45 847   -6,48   -0,76%
  • ISSI 308   -1,78   -0,58%
  • IDX30 440   0,35   0,08%
  • IDXHIDIV20 513   0,38   0,07%
  • IDX80 132   -0,90   -0,67%
  • IDXV30 141   0,28   0,20%
  • IDXQ30 141   0,20   0,14%

Setoran Bea Masuk Anjlok, Wamenkeu: Dampak Penurunan Tarif dan FTA


Selasa, 14 Oktober 2025 / 15:25 WIB
Setoran Bea Masuk Anjlok, Wamenkeu: Dampak Penurunan Tarif dan FTA
ILUSTRASI. Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan, penurunan penerimaan bea masuk merupakan konsekuensi dari kebijakan penurunan tarif dan pemanfaatan perjanjian perdagangan bebas


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Penerimaan bea masuk hingga akhir September 2025 tercatat Rp 36,6 triliun, atau turun 4,6% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. 

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan, penurunan penerimaan bea masuk ini merupakan konsekuensi dari kebijakan penurunan tarif dan pemanfaatan perjanjian perdagangan bebas (Free Trade Agreement/FTA).

"Ini adalah karena penurunan tarif bea masuk, ada juga efek dari bea masuk komoditas pangan, dan juga banyak sekali perdagangan yang mengutilisasi free trade agreement dengan tarif bea masuk yang lebih rendah," ujar Suahasil dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (14/10/2025).

Baca Juga: Wamenkeu Akui Realiasasi Belanja Negara Masih Lambat hingga September 2025

Suahasil menilai, meskipun penerimaan dari bea masuk menurun, kebijakan tersebut justru membawa manfaat bagi dunia usaha dan perekonomian nasional. 

"Ini juga sudah membantu perekonomian kita untuk bekerja, karena sebagian dari bea masuk ini adalah bea masuk untuk barang modal maupun barang untuk keperluan produksi," katanya.

Sementara itu, penerimaan dari bea keluar justru mencatat lonjakan signifikan. Hingga September, realisasinya mencapai Rp 21,4 triliun, naik 74,8% dibandingkan tahun sebelumnya. 

Kenaikan ini didorong oleh tingginya harga CPO (Crude Palm Oil), meningkatnya volume ekspor sawit, serta kebijakan ekspor konsentrat tembaga.

Sementara itu, penerimaan cukai tercatat Rp 163,3 triliun atau tumbuh 4,6% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, meski produksi cukai hasil tembakau (CHT) menurun 2,9%.

Baca Juga: Menkeu Purbaya Buka Peluang Turunkan Tarif PPN pada Tahun 2026

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×