Reporter: Lidya Yuniartha, Vendy Yhulia Susanto | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - Jakarta. Hari ini, Selasa (20/10/2020), pemerintahan Jokowi-Maruf Amin genap berlangsung setahun. Namun, setahun pertama pemerintahan Jokowi-Amin sejak dilantik pada 20 Oktober 2020 bekerja tak maksimal. Apakah ini saat yang tepat untuk reshuffle kabinet?
Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagio menilai menteri-menteri Joko Widodo, khususnya menteri yang bergerak di bidang ekonomi minim gebrakan pada tahun pertama ini.
Menurut Agus, sejauh ini tidak ada terobosan-terobosan kebijakan yang muncul dari para menteri, baik dari bidang pertanian, perdagangan, perindustrian dan bidang lainnya. Menurutnya, kemarahan dari Presiden Joko Widodo beberapa waktu yang lalu pun menunjukkan kinerja para menteri yang kurang baik.
Menurut Agus, bila dibandingkan dengan menteri-menteri bidang ekonomi di 5 tahun sebelumnya, kinerja menteri saat ini tidak lebih baik. Akan tetapi, menurutnya adanya Covid-19 menjadi alasan para menteri tidak melakukan gebrakan.
Baca juga: Inilah gejala dan cara membersihkan usus kotor secara alami
"Jadi susah membandingkan karena Covid-19. Mereka tidak ada terobosannya tetapi mereka alasannya karena Covid-19," ujar Agus kepada Kontan, Minggu (19/10).
Menurut Agus, adanya Covid-19 dijadikan sebagai alasan, mengingat anggaran setiap kementerian direalokasi dan berkurang. Menurutnya, ini jugalah yang membuat kinerja menteri sulit diberikan dengan tahun-tahun sebelumnya karena menteri tidak bekerja dengan normal.
Lebih lanjut Agus juga mengatakan sulit untuk menilai koordinasi menteri saat ini karena tidak ada struktur yang jelas. Menurutnya, saat ini ada seluruh Kementerian fokus mengatasi Covid-19. Karena itu, menurutnya harus ada patokan yang jelas apa-apa saja tugas pokok dan fungsi masing-masing menteri.
Anggota Komisi XI DPR Fraksi PKS, Anis Byarwati mengatakan, kinerja Pemerintah dalam bidang ekonomi masih kurang memuaskan. Pemerintah tidak mampu memenuhi ekspektasi rakyat untuk mewujudkan kesejahteraan.
"Kami menilai ketidakberhasilan pemerintah mencapai target-target ekonominya menjadi catatan tidak baik terhadap kinerja pemerintah selama satu tahun ini," kata Anis kepada Kontan, Selasa (20/10).
Baca juga: Lelang rumah sitaan Bank, harga pembukaan Rp 130 juta di Tangerang
Kegagalan target ekonomi itu antara lain pertumbuhan ekonomi yang semakin melambat. Bahkan, pada kuartal II 2020 pertumbuhan ekonomi minus 5,3%.
Anis mengatakan, program-program stimulus penanganan ekonomi saat pandemi Covid-19 yang terangkum dalam Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) tidak terealisasi maksimal. Sejak digulirkan, sampai dengan 30 September 2020, realisasi anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) realisasinya hanya 38,6 persen, atau setara dengan Rp 268,3 triliun dari pagu Rp 695,2 triliun.
Realisasi yang rendah ini menyebabkan tujuan utama adanya program PEN belum dapat dinikmati, hal ini tercermin dengan adanya pertumbuhan negatif pada kuartal kedua 2020. "Dengan pertumbuhan realisasi mencapai 20% per bulan hingga akhir tahun, maka realisasi hanya mencapai 55-60%, atau artinya akan ada dana lebih dari Rp 300 triliun yang tidak terserap," ucap dia.
Selanjutnya: Setahun Jokowi-Amin, Anggota DPR sebut Jokowi gagal penuhi target ekonomi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News