kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Sejumlah faktor ini mengancam pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2020


Kamis, 30 April 2020 / 17:06 WIB
Sejumlah faktor ini mengancam pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2020
ILUSTRASI. Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (29/4/2020). Untuk mengatasai dampak pandemi virus corona (COVID-19), Presiden Joko Widodo menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 58 Tahun 2020 tentang Penataan dan Penyed


Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, menyebutkan beberapa faktor yang akan mendorong pelemahan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini.

Diantaranya adalah government expenditure berupa konsumsi yang menurun, serta penundaan belanja investasi.

"Pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan sangat tergantung atau banyak sekali dipengaruhi oleh consumption. Consumption itu mempengaruhi lebih dari 56% dari produk domestik bruto (PDB) sendiri," ujar Sri di dalam rapat virtual dengan DPR RI, Kamis (30/4).

Baca Juga: Menkeu: Tetap waspada, masa terburuk kepanikan pasar keuangan sudah berlalu

Namun, dengan adanya kebijakan mengenai social distancing, work from home (WFH), sampai pembatasan sosial berskala besar (PSBB) tentu konsumsi akan mengalami penurunan yang sangat tajam, serta mendorong pertumbuhan ekonomi ke arah negatif.

Selain itu, karena semua perusahaan mengalami kesulitan bahkan dalam situasi survival, arus kas juga tidak dalam kondisi yang baik, maka pemerintah akan menunda belanja-belanja investasi. Tentunya penundaan investasi juga akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi di tahun ini.

Di luar kedua hal tersebut, Sri mengatakan ada satu kegiatan ekonomi yang masih bisa mendorong pertumbuhan ekonomi, yaitu kegiatan ekspor. Menurut Sri, pada saat situasi sekarang ini kebutuhan pangan dan alat-alat medis akan meningkat.

Baca Juga: Ini perkembangan asumsi makroekonomi di APBN 2020 hingga kuartal I 2020

"Mungkin yang akan memberi sedikit harapan adalah ekspor. Ini karena, kebutuhan pangan dan alat medis pasti meningkat. Namun, ekspor dari natural resources akan terpukul. Demikian juga faktor demand yang saat ini menjadi tumpuan adalah government spending," kata Sri.

Untuk itu, pemerintah melakukan pelebaran defisit untuk mencegah agar ekonomi tidak terlalu terpukul. Namun, Sri mengakui bahwa sebagian besar defisit diakibatkan karena penerimaan negara yang menurun.

"Tapi kami juga memberikan insentif dari sisi perpajakan, belanja negara yang meningkat, serta dari pembiayaan yang akan digunakan untuk menciptakan pengaruh untuk mendorong aktivitas ekonomi," tandasnya.

Baca Juga: Batal 0%, PPh UMKM ditanggung pemerintah selama 6 bulan

Diharapkan, keputusan pelebaran defisit serta pemberian berbagai insentif dapat mendorong pertumbuhan ekonomi agar tidak jatuh ke dalam skenario berat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×