kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sejak November, volume DNDF sudah capai US$ 200 juta per hari


Minggu, 23 Desember 2018 / 08:44 WIB
Sejak November, volume DNDF sudah capai US$ 200 juta per hari
ILUSTRASI. Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak diluncurkan bulan lalu, volume Domestic Non-deliverable Forward (DNDF) pada Desember 2018 sudah mencapai US$ 200 juta per hari dan sudah aktif diperdagangkan di interbank. Ada sekitar 13 bank yang aktif melakukan kuotasi DNDF di pasar dan aktif melakukan transaksi.

Selain itu, ada juga delapan korporasi yang bergerak di bidang manufaktur dan kantor cabang bank asing (KCBA) yang sudah melakukan transaksi dengan investor luar negeri sekitar US$ 100 juta.

"Jadi memang investor asing ini belum melakukan hedging di transaksi di equity,” ungkap Nanang Hendarsah Direktur Eksekutif Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI), Kamis (20/12).

Volume ini meningkat secara perlahan sejak November 2018 dari yang semula hanya US$ 90 juta per hari. Sedangkan Nanang mengatakan idealnya volume DNDF mencapai US$ 1 miliar per hari.

“Harus melebihi volume yang di sana (Non-deliverable Forward/NDF) karena saat ini volume transaksi total valuta asing itu sekitar US$ 6 miliar per hari, kalau DNDF bisa mencapai US$ 1 miliar per hari kan bisa sangat dalam,” jelasnya.

Nanang mengatakan saat DNDF dibuka pukul 08.30 setiap harinya, kurs NDF mengikuti kurs DNDF. Bahkan kurs DNDF lebih murah. Kondisi ini membuat NDF tidak lagi bergerak liar. Maka BI terus berusaha memperdalam pasar DNDF agar pergerakan NDF terus mengikuti pergerakan domestik.

“Justru kurs NDF offshore yang sangat berpengaruh terhadap spot. Dengan adanya DNDF kita lelang dengan fix retender ini pricing BI segini, mereka gak bisa loncat,” jelasnya.

Nanang menjelaskan, sebetulnya pasar NDF offshore tidak besar untuk rupiah. NDF rupiah sekitar US$ 400 juta hingga US$ 600 juta dan sudah berkembang sejak 2001.

BI melakukan lelang pukul 8.30 WIB selama 15 menit untuk mengisi kekosongan waktu. Sebab NDF terus bergerak selama 24 jam. Begitu masuk ke pasar Jakarta pada pukul 08.30 BI melakukan menetapkan harga (set pricing) berdasarkan lelang sehingga pasar NDF off-shore tidak terlalu liar.

Menurut Nanang, DNDF signifikan untuk menghemat cadangan devisa, meskipun ia tak bisa menyebut persenannya. Indikatornya, Nanang bisa mengelola dengan mengkombinasikan transaksi DNDF dengan spot, padahal sebelumnya banyak menggunakan spot.

“NDF akan turun sehingga spot stabil menghitungnya dari situ. Fluktuasi kurs akan lebih rendah sehingga biaya stabilisasi spot rendah karena justru yang berpengaruh spot di pagi hari itu NDF. Nah, kalau NDF bisa dipengaruhi dengan DNDF artinya spot tidak terlalu berfluktuasi,” jelasnya.

Ke depan, BI akan terus berada di pasar untuk menjaga stabilitas dan mendukung berkembangnya DNDF. Menurut Nanang, dengan adanya BI, bank lebih merasa aman dan lebih pasti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×