kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

SBY: Ibukota dipindah, Jakarta akan lebih baik


Minggu, 08 September 2013 / 11:13 WIB
SBY: Ibukota dipindah, Jakarta akan lebih baik
ILUSTRASI. Selasa (19/4), IHSG tertekan 76,06 poin atau 1,05% ke level 7.199,23.


Reporter: Dikky Setiawan | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menilai, pemindahan ibu kota akan menimbulkan dampak positif maupun negatif bagi Indonesia. Jika Indonesia memiliki kota pusat pemerintahan yang baru, SBY yakin kondisi Jakarta akan jauh lebih baik.

Meski ibu kota akan pindah, SBY mengatakan, Jakarta tetap akan berfungsi sebagai pusat ekonomi dan perdagangan. Dia pun memberi contoh negara-negara yang sudah memisahkan pusat pemerintahan dengan pusat ekonomi, seperti Turki, Australia dan Malaysia.

"Pelajari misalkan apa yang terjadi dengan adanya Putra Jaya, sedangkan Kuala Lumpur juga masih bisa berfungsi dengan baik," katanya dalam keterangan pers di Hotel Grand Emerald, St. Petersburg, Rusia, Sabtu (7/9/2013), seperti dikutip dari laman www.president.go.id.

Presiden menjelaskan, dirinya sudah memikirkan adanya upaya pemindahan ibu kota dari Jakarta sejak 4-5 tahun lalu. Sejak saat itu, SBY mengaku telah membentuk tim kecil yang membahas tentang kemungkinan pusat pemerintahan baru. Waktu itu muncul berbagai pemikiran, debat wacana, tetapi SBY mengaku memilih diam.

"Mengapa saya lebih memilih diam, karena kebiasaan di negeri kita ini apapun kalau muncul ide baru langsung didebat atau disalahkan. Sebaliknya kalau saya mengatakan tidak perlulah kita memikirkan pusat pemerintahan yang baru, tetap disalahkan juga," ungkapnya.

Lebih lanjut, SBY mengklaim telah memikirkan masa depan Jakarta 10-30 tahun lagi mulai sekarang. Pemikiran ini, lanjutnya, menjadi tanggung jawabnya maupun presiden yang akan menggantikannya nanti.

"Kalau memang secara ekonomi kita sudah kuat, pertumbuhan, GDP, income perkapita, kemudian kalau memang tidak ada solusi yang baik untuk mengatasi permasalahan Jakarta, dan ada urgensi yang tidak bisa ditunda-tunda lagi, tidak keliru kalau kita memikirkan suatu tempat yang kita bangun menjadi pusat pemerintahan yang baru," jelasnya.

Putrajaya merupakan kota yang menjadi pusat pemerintahan Malaysia sejak 1999, menggantikan peran Kuala Lumpur. Di sana lah, kantor-kantor pemerintahan berdiri. Namun gedung parlemen dan kediaman Sultan Malaysia tetap berada di Kuala Lumpur, yang juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan.

Sementara itu, di Turki, ibukota negara terletak di Ankara. Kota ini bukan kota yang terbesar di negara itu karena kota paling besar, terkenal dan menjadi pusat ekonomi berada di Istanbul. Sedangkan di Australia, Canberra dipilih sebagai ibukota pada tahun 1908 sebagai kompromi dari rivalitas dua kota terbesar di negeri kangguru itu, Sydney dan Melbourne. (Alsada Rudi/Kompas.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×