kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Saat Jero Wacik menjadi omongan di Bali


Kamis, 04 September 2014 / 07:29 WIB
Saat Jero Wacik menjadi omongan di Bali
ILUSTRASI. Cara Membuat Kartu Ucapan Ramadhan 2023 Pakai Canva, Coba Gunakan Kata Kunci ini


Sumber: TribunNews.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

BANGLI. Di sebuah warung di Banjar Kerta Bhuana Desa Batur Kecamatan Kintamani Bangli, Bali, terlihat beberapa warga berkumpul, Rabu (3/9) petang. Sayup-sayup terdengar obrolan mereka menyebut nama Jero Wacik.

Suasana menjelang malam, udara dingin pun mulai terasa, sementara halimun sudah menutupi desa tersebut. Namun, obrolan justru terasa semakin panas.

Semua bermula dari seorang pria yang mengatakan bahwa salah satu warganya saat ini menjadi tersangka kasus tindak pidana korupsi terkait dengan pengadaan proyek di Kementerian ESDM.

Tribun Bali pun bergabung dengan warga. Obrolan soal Jero Wacik ini lalu berlanjut.

Warga di warung itu saling mengiyakan, bahwa kasus Jero ini adalah buah dari ketidakperduliannya terhadap masyarakat sekitar. "Amongken liange, amonto sebete," ujar mereka mengutip salah satu pepatah.

Terjemahan bebas dari pepatah tersebut adalah, "Sebesar apa kesenanganmu, sebesar itu kesedihanmu." Wajah mereka pun sontak masam ketika diminta bercerita soal cara Jero bersosialisasi dengan warga di masyarakat adatnya.

"Kata orang sih kami punya menteri, punya pejabat negara. Bahkan posisinya di bawah presiden lagi satu strip. Tapi silakan tanya sama warga yang lain bagaimana menteri kami itu bersosialisai," ujar salah satu warga yang menolak namanya disebutkan.

Menurut dia, seorang menteri seharusnya juga membangun desa, banjar, atau paling tidak keluarga besarnya. Yang terjadi, lanjut dia, Jero hanya pulang saat Odalan, salah satu upacara khusus keagamaan di Bali. "Itu pun tidak lama. Selesai sembahyaung, JW selalu terburu-buru."

Setiap kali datang itu juga, Jero selalu dikawal ajudan dan tak pernah menyapa warga lebih dulu. "Saya yakin keluarganya saja dalam hati pasti mengeluh punya menteri tapi Sanggah-nya dibiarkan rusak," lanjut dia.

Saat Tribun Bali menyinggung soal tanah milik Jero yang akan dijadikan lapangan golf, warga yang lain di warung itu mengaku tahu tentang kabar itu. Namun, dia tak bisa memastikan lokasi tanah yang dimaksud. (I Putu Darmendra/Hasanudin Aco)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×