Reporter: Adinda Ade Mustami, Asep Munazat Zatnika, Muhammad Yazid | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Pelemahan rupiah dan musim kering panjang akibat El Nino mengancam inflasi hingga akhir tahun. Walau begitu, inflasi sampai akhir 2015 diperkirakan tetap pada kisaran 3,5%-5% (yoy).
Ancaman kenaikan harga pangan akibat El Nino inilah yang membuat Kantor Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta mengajukan usulan impor beras lebih dini pada pemerintah pusat. Usulan ini masuk dalam rekomendasi antisipasi penyediaan pasokan beras dalam Rapat Pimpinan Pemrov DKI Jakarta pada 31 Agustus 2015.
Direktur Perwakilan BI DKI Jakarta Doni P. Joewono dalam siaran persnya mengatakan, inflasi periode September 2015 diperkirakan akan lebih dipengaruhi kenaikan harga komoditas pangan. Masuknya hari raya Idul Adha akan meningkatkan harga komoditas daging terutama daging sapi.
Selain itu, masih berlanjutnya anomali cuaca yang terkait El-Nino dikhawatirkan menyebabkan kekeringan pada daerah produksi bahan pangan. Hal ini turut menjadi perhatian utama karena akan berdampak pada berkurangnya pasokan utama bahan pangan sehingga berdampak buruk terhadap inflasi.
Inflasi transportasi
Kekhawatiran akan ancaman inflasi akibat El Nino dan pelemahan rupiah juga disampaikan Bank Central Asia (BCA). Dalam riset bulanannya, BCA mengatakan, akibat El Nino harga pangan akan naik. Tekanan inflasi juga disebabkan peningkatan harga daging sapi dan ayam.
Sampai akhir tahun, BCA memperkirakan, inflasi akan ada di kisaran 3,5%-5% (yoy) "Pelemahan rupiah menjadi ancaman utama inflasi, sehingga inflasi inti akan naik dari 0,34% (mtm) menjadi 0,75%," seperti ditulis BCA dalam risetnya yang terbaru.
Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengumumkan angka inflasi Agustus 2015 sebesar 0,39%. Inflasi Agustus ini merupakan yang terendah dalam lima tahun terakhir. Sementara inflasi tahunan sebesar 7,18%.
Ekonom Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) Doddy Arifianto mengatakan, puncak El Nino diproyeksikan akan terjadi pada akhir kuartal III 2015 hingga kuartal IV. Dengan kondisi seperti ini, komponen inflasi diperkirakan akan terjadi di produk pangan termasuk makanan hasil pemrosesan.
Namun Doddy memprediksikan inflasi tidak terlalu besar lantaran harga pangan di pasar global masih relatif stabil. Apalagi El Nino yang terjadi tidak se-ekstrim pada 1997.
Doddy memproyeksi kontribusi inflasi produk pangan sebesar 0,15% hingga 0,2%. "Kisaran inflasi tahunan pemerintah mencapai 4,4%, maka dengan dampak El Nino, inflasi akan mencapai 4,55%-4,6%," katanya.
Hal sama dikatakan ekonom Indef, Eko Listiyanto. Dia bilang, lonjakan harga bahan makanan, terutama daging akan menjadi pendorong inflasi September 2015. Hal itu karena perayaan Idul Adha pada 24 September.
Eko juga memproyeksi adanya inflasi pada transportasi. "Niat untuk mudik cukup tinggi, walaupun tidak masif," katanya. Dia yakin inflasi September lebih tinggi dibandingkan Agustus 2015. "Walau inflasi cenderung stabil, BI akan tetap mempertahankan suku bunganya pada level 7,5% bulan ini," kata Eko.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News