kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Rupiah berpotensi tertekan defisit neraca pembayaran


Sabtu, 11 Agustus 2018 / 11:20 WIB
Rupiah berpotensi tertekan defisit neraca pembayaran


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sulit mengharapkan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) tahun ini bisa ke level Rp 13.000. Tekanan terhadap mata uang garuda di semester kedua kian berat. Itu tampak dari kian melebarnya defisit Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal II-2018.

Bank Indonesia (BI) mencatat, NPI kuartal II-2018 mengalami defisit US$ 4,3 miliar, naik 11,78% dibanding periode sebelumnya. Sedangkan pada kuartal II-2017, NPI surplus US$ 739 juta.

Kenaikan defisit NPI itu akibat defisit transaksi berjalan atawa current account deficit (CAD) yang lebar menjadi US$ 8,03 miliar atau 3% dari produk domestik bruto (PDB). Jumlah itu lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal sebelumnya sebesar US$ 5,7 miliar atau 2,2% PDB.

Defisit CAD 3% merupakan batas tertinggi yang perlu pemerintah dan BI waspadai. Pasalnya, angka defisit tersebut menunjukkan, derasnya aliran dollar AS ke luar negeri. Tentu, itu berpotensi memperbesar tumpukan liabilitas neto pada operasi luar negeri, sehingga risiko sektor keuangan pun meningkat.

Meski demikian, Direktur Eksekutif Departemen Statistik BI Yati Kurniati menegaskan, data NPI secara kumulatif selama semester pertama tahun ini masih aman. "Sampai semester I-2018, defisit transaksi berjalan masih berada dalam batas yang aman yaitu 2,6% dari PDB," katanya, Jumat (10/8).

BI juga menilai, defisit transaksi berjalan pada kuartal II-2018 seiring aktivitas ekonomi domestik yang meningkat, serta penurunan surplus neraca perdagangan nonmigas di tengah kenaikan defisit neraca dagang migas. "Pada kuartal kedua tahun ini, sesuai pola musimnya, terjadi peningkatan pembayaran dividen, sehingga turut meningkatkan defisit neraca pendapatan primer," jelas Yati.

Sedang pada transaksi modal dan finansial terdapat peningkatan surplus. Ini menandakan optimisme investor asing dan domestik terhadap kinerja perekonomian domestik. Yati bilang, surplus dari investasi langsung sejalan dengan kegiatan investasi domestik yang kuat dan menjadi sumber utama pembiayaan CAD. "Sementara surplus dari investasi portofolio terutama didukung penerbitan global bond pemerintah dan beberapa korporasi," ujar dia.

Selain itu, surplus investasi lainnya juga meningkat. Itu terutama didorong oleh penarikan simpanan penduduk pada bank di luar negeri untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan di dalam negeri.

Hingga akhir tahun, BI memprediksikan, CAD tetap terjaga di bawah 3% terhadap PDB. "Upaya kami termasuk juga meningkatkan sumber- devisa. Yang di depan mata ada pariwisata, supaya dikelola dengan baik. Dengan begitu, tahun ini juga neraca jasa surplus karena kita ada potensi untuk itu," imbuh Yati.

Saat ini, sumber devisa masih berasal dari kegiatan ekspor, penyelenggara jasa, pendapatan dan investasi, serta pariwisata. Devisa dari pariwisata akan naik karena ada Asian Games di Jakarta dan Palembang, serta pertemuan IMF-Bank Dunia di Bali.

Terlalu cepat

Menurut Piter Abdullah, Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, defisit NPI dan CAD kuartal II-2018 di luar ekspektasi. "CAD memang saya perkirakan bisa mencapai 3% tapi di akhir tahun. Jadi, ini terlalu cepat," ungkap Piter.

Piter berharap, pemerintah harus benar-benar serius menahan laju impor. Proyek-proyek infrastruktur yang menggunakan barang impor harus dikurangi. Bahkan, belanja alat utama sistem pertahanan (alutsista) seperti pembelian jet tempur Sukhoi harus ditunda. "Pembengkakan CAD dan NPI negatif akan memperburuk kepercayaan pasar, dan rupiah bisa semakin terpuruk," tegas Piter.

Myrdal Gunarto, Ekonom Maybank Indonesia, menyatakan, peningkatan defisit transaksi berjalan dan NPI karena faktor musiman. Pada kuartal II banyak kebutuhan valas untuk membayar utang dan dividen. "Kuartal III atau semester II, tekanan akan berkurang," kata Myrdal.

CAD, Myrdal menghitung, akan kembali turun pada kuartal III dan IV. Secara keseluruh, CAD tahun ini diperkirakan di posisi 2%–2,5%. "Rupiah masih bisa menguat, rata-rata tahun ini di level 13.905," proyeksi dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×