Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang positif diperkirakan bakal menekan pergerakan rupiah hari ini (7/3). Terlebih, saat ini sikappelaku pasar yang masih cenderung risk off.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengungkapkan, saat ini indeks dolar Amerika Serikat (AS) masih berada dalam tren kenaikan dan berhasil menembus level 98 imbas konflik Rusia - Ukraina.
Belum lagi, risk off sentimen juga tercermin dari peningkatan permintaan safe haven asset yang terindikasi dari kenaikan harga emas spot yang menembus level US$ 1.946 per ons troi.
“Untuk perdagangan Senin, pelaku pasar selain mencermati perkembangan Rusia-Ukraina dalam jangka pendek ini, pelaku pasar juga akan mencermati rilis data tenaga kerja AS bulan Februari,” kata Josua kepada Kontan.co.id, Jumat (4/3).
Adapun, Kementerian Ketenagakerjaan AS melaporkan data (non-farm payroll) sepanjang Februari 2022 mencapai 678.000, tertinggi sejak Juli 2021. Jauh di atas konsensus pasar yang dihimpun Reuters dengan perkiraan 400.000.
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Mengawali Pekan dengan Pelemahan
Sementara itu, tingkat pengangguran AS pada Februari 2022 tercatat 3,8%. Ini adalah yang terendah sejak Februari 2020. Angka tersebut juga jauh lebih rendah dari konsensus pasar yang diproyeksikan sebesar 3,9%.
Sementara itu Josua juga menyebut, mendekati rapat FOMC bulan Maret yang digelar minggu depan, pelaku pasar juga sudah price in kenaikan suku bunga The Fed sebesar 25 bps.
Oleh karena itu, ia memperkirakan rupiah berada di kisaran Rp 14.350 - Rp 14.450 per dolar AS untuk hari ini.
Adapun, pada perdagangan Jumat (4/3), rupiah di pasar spot ditutup menguat 0,05% ke Rp 14.387 per dolar AS. Sedangkan di kurs referensi Jisdor Bank Indonesia, rupiah ditutup di level Rp 14.383 per dolar AS atawa melemah tipis 0,06%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News