kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45899,85   2,25   0.25%
  • EMAS1.378.000 0,95%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rupiah Berpeluang Melemah Hingga Rp 17.000 Per Dolar AS, Ini Penyebabnya


Selasa, 02 Juli 2024 / 18:50 WIB
Rupiah Berpeluang Melemah Hingga Rp 17.000 Per Dolar AS, Ini Penyebabnya
ILUSTRASI. Nilai tukar rupiah berpotensi menembus hingga Rp 17.000 per dolar AS jika The Fed kembali menaikkan suku bunganya. (KONTAN/Cheppy A. Muchlis)


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Gubernur Bank Indonesia Periode 1993-1998, J Soedradjad Djiwandono, memperkirakan nilai tukar rupiah berpotensi menembus Rp 17.000 per dolar AS jika The Fed kembali menaikkan suku bunganya.

Untuk diketahui, nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada hari ini, Selasa (2/7), dengan kurs rupiah spot melemah 0,46% ke Rp 16.396 per dolar AS.

“Apakah rupiah mungkin Rp 17.000 per dolar AS? Saya pikir bisa saja terjadi. Tau-tau jika The Fed naikkan suku bunga, itu yang ditakuti ya,” ujar Soedradjad dalam acara MRI Banking Service Excellence 2024, Selasa (2/7).

Meski demikian, ia menyebut bahwa jika The Fed tidak menaikkan suku bunga, maka peluang rupiah melemah hingga Rp 17.000 per dolar AS sangat kecil. Ia juga meminta agar berbagai pihak tidak khawatir dengan tren pelemahan rupiah.

Baca Juga: Waspadai Perubahan Iklim dan Pelemahan Rupiah Berdampak pada Inflasi Harga Pangan

Soedradjad Djiwandono

“Menurut saya, diem saja dolar kuat kok. Kita mempunyai cara menggunakan mata uang sendiri-sendiri pada saat membayar perdagangan juga, kok tetap saja dollar AS kuat,” ungkapnya.

Sebelumnya, Gubernur Federal Reserve (The Fed) Bank of New York, John Williams, mengatakan bahwa suku bunga akan turun secara bertahap seiring waktu. 

Namun, ia enggan menyebutkan kapan bank sentral AS dapat memulai pelonggaran kebijakan moneternya.

Saat ditanya apakah The Fed akan memenuhi ekspektasi pasar saat ini untuk pemotongan suku bunga pada bulan September, Williams mengatakan, tidak akan membuat prediksi tentang jalur kebijakan yang tepat. 

"Apa yang terjadi tergantung pada bagaimana data berkembang,” kata Williams dalam sebuah wawancara di saluran televisi Fox Business pada hari Selasa (18/6).

Selanjutnya: Ramalan Cuaca Besok (3/7) di Jawa Tengah Hujan Masih Turun di Daerah Ini

Menarik Dibaca: 5 Rekomendasi Tablet untuk Anak Terbaik Tahun 2024, Cocok Digunakan di Sekolah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Pre-IPO : Explained Supply Chain Management on Efficient Transportation Modeling (SCMETM)

[X]
×