Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan pemerintah mewaspadai nilai tukar rupiah yang tengah anjlok, yakni menyentuh Rp 14.600 per dollar AS. Menurut dia, pelemahan rupiah ini berasal dari dua sentimen, yakni global dan domestik.
“Kita tetap perlu hati-hati karena lingkungan yang kita hadapi sangat berbeda sekali dengan tahun 2015,” kata Sri Mulyani di Jakarta, Senin (13/8).
Ia mengatakan, di tahun 2015, dari sisi domestik memang current account deficit (CAD) lebih besar yakni dia atas 4% dari produk domestik bruto (PDB). Sebagai perbandingan, CAD di kuartal II 2018 lalu tercatat 3% dari PDB.
Namun bedanya, di tahun 2015, quantitative easing masih diterapkan dan kenaikan suku bunga belum dilakukan. “Kalau sekarang suku bunga sudah naik secara global dan quantitative easing sudah mulai dikurangi. Inilah yang menyebabkan tekanan menjadi lebih kuat terhadap berbagai mata uang dunia,” kata Sri Mulyani.
Meski begitu, ia mengatakan, pada dasarnya fundamental ekonomi Indonesia masih baik. Ini terlihat dari pencapaian pertumbuhan ekonomi di kuartal II-2018 yang cukup kuat, yakni 3,27% yoy.
Dari sisi global, ia mengatakan, pada minggu terakhir ini faktor yang berasal dari Turki menjadi sangat menonjol. “Karena tidak hanya dari sisi magnitude-nya, tetapi juga nature atau karakter dari persoalan internal yang menunjukkan adanya suatu persoalan yang sangat serius mulai dari masalah currency, tetapi juga pengaruhnya terhadap perekonomian domestik dan terutama dimensi politik dan security di sana,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News