Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyatakan, nilai tukar rupiah yang melemah belakangan ini belum mengkhawatirkan. Pada Jumat (2/3), kurs tengah BI menunjukkan nilai tukar rupiah di Rp 13.746 per dollar AS.
Hal ini mengingat bahwa secara fundamental, ekonomi Indonesia tidak memiliki persoalan. Hanya saja, ada pemicu dari pidato Chairman Federal Reserve Jerome Powell yang membuat pasar beranggapan bahwa The Fed akan menaikkan suku bunganya sebanyak tiga kali, bahkan empat kali di tahun ini.
Adapun menariknya, menurut Darmin, IHSG tetap perkasa meski rupiah melemah.
"Baru mulai mengkhawatirkan kalau rupiah melemah, IHSG melemah. Artinya apa? Orang jual saham, jual obligasi pemerintah, orang itu maksudnya yang punya duit di sini. Yang terjadi bukan itu, artinya mungkin ada yang sudah jual, yang beli ada dari dalam juga sehingga dampaknya, tidak membuat pelemahan yang berkelanjutan," kata Darmin di kantornya, Jumat (2/3).
Menurut Darmin, Indonesia juga masih punya pertahanan terakhir, yakni Bank Indonesia. Kalau terjadi pelemahan rupiah dan IHSG turun, dan itu indikasi pemilik asing. Bank Indonesia boleh membeli obligasi pemerintah, tapi tidak untuk saham swasta.
"Tetapi, dulu itu ada tahun 2012 rasanya, kita menyebutnya dulu dual intervention. Begitu banyak yang jual, asing terutama, dia mendorong IHSG turun, BI bisa beli. Biasanya ini ampuh, kenapa? Karena asing ini kan tidam lama kalau nanti baik ya balik lagi. Kalau BI beli, dia mulai khawatir, kalau beli kan tidak bisa jual lagi," ucapnya.
Oleh karena itu, pelemahan rupiah yang terjadi saat ini belum mengkhawatirkan. Sebelumnya, Darmin juga mengatakan rupiah tidak akan merosot sampai 14.000 per dollar AS.
"Kecuali kalau IHSG mulai turun terus, nah ini Bank Indonesia harus mulai mengambil langkah kencang," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News