Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Kans Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo untuk menjadi presiden semakin besar. Elektabilitasnya pun semakin melejit dan bahkan mengalahkan calon presiden lainnya termasuk mereka yang ikut konvensi capres Partai Demokrat.
Namun, apabila benar-benar nantinya jadi presiden negara justru dalam keadaan bahaya bahkan hancur karena Jokowi lahir dari pencitraan.
"Orang itu jika presiden jadi apa, ini kan ada orang yang mendorong Jokowi jadi 'Media Darling' (pencitraan), orang-orang yang menginginkan negara ini hancur," kata Politisi Partai Demokrat Ruhut Sitompul kepada Tribunnews, Selasa (27/8/2013).
Menurut Ruhut, Jokowi belum pantas memimpin Indonesia, karena selama menjadi Gubernur DKI Jakarta, belum ada hal berarti yang bisa diselesaikan. Ditambah lagi kini partai pengusung Jokowi, PDI Perjuangan saja belum bersikap mengenai pencapresan karena masih harus waspada dengan adanya upaya pihak-pihak yang mengupayakan pencitraan kepada Jokowi.
"Ini Indonesia, sekarang saja Jakarta semakin macet, semua yang diurus kan masih punya Foke. PDIP saja masih waspada soal adanya upaya "Media Darling" ini belum bersikap. Sudah itu, emang bisa dia jadi presiden, kunci dia kan ada di bu Mega,"ujar Ruhut.
Meski begitu, Ruhut mengakui apa yang dilakukan Jokowi melalui pencitraannya sama seperti yang dilakukan SBY. Hanya saja kata Ruhut, SBY bisa lebih kuat bertahan dua periode menjadi presiden meski terus mendapatkan tekanan dari banyak pihak.
Hal tersebut dinilai Ruhut karena SBY berasal dari kalangan militer. Berbeda dengan Joko Widodo yang berlatar belakang sipil.
Dikhawatirkan, lanjut Ruhut karena lahir dari pencitraan dan bukan dari militer, nasib Jokowi akan sama seperti presiden-presiden sebelumnya Habibie, Mega atau Gus Dur.
"Jalan Jokowi masih panjang. Pak SBY yang lahir dari proses pencitraan saja didemo sana sini, capek saya ngurusnya, tapi buktinya dia masih bertahan dua periode. Nah, Jokowi, bisa enggak dia bertahan seperti itu, pak SBY lahir dari pencitraan bisa tidak dia seperti itu. Kalau tidak nasibnya sama seperti Habibie, Mega atau Gus Dur, semuanya dari sipil," ujar Ruhut. (Tribunnews.com)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News