kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Riset Ideas: Mudik itu mahal


Minggu, 03 Juli 2016 / 16:40 WIB
Riset Ideas: Mudik itu mahal


Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto

Jakarta. Direktur Indonesia Development and Islamic Studies (IDEAS) Yusuf Wibisono menyatakan para pemudik akan lebih banyak menghabiskan dana di perjalanan mudik dibanding dengan yang dibawa ke kampung halaman.

Hal ini berdasarkan riset IDEAS bahwa selama mudik Lebaran 2016, dari total peredaran uang untuk mudik sebanyak Rp 184 triliun, hanya Rp 60 triliun saja yang bisa dibawa ke daerah.

"Jadi tidak ada setengahnya yang sampai ke keluarga di kampung. Sebagian besar habis untuk transportasi perjalanan dan biaya tak terduga lain-lain," kata Yusuf, dalam diskusi "Ekonomi Mudik dan Pelepasan Program Mudik Berkah" di Terminal Rawamangun, Jakarta Timur, Minggu (3/7/2016).

Nilai perkiraan tersebut menurutnya muncul dari perhitungan perputaran uang di 20 wilayah mudik secara nasional misalnya Jabodetabek, Makasar, dan kota lainnya. "Ini jelas mengindikasikan mudik itu mahal," ujar Yusuf.

Yusuf menilai, bagaimana menurunkan biaya mudik tergantung pada kebijakan pemerintah. Misalnya memulai mengembangkan transportasi berbasis rel yang lebih optimal. Sayangnya, Yusuf menilai pemerintah lebih banyak fokus pada perbaikan jalan setiap tahun saat momen Lebaran, ketimbang memulai jangka panjang untuk pembangunan transportasi berbasis rel.

"Yang paling banyak kita lihat fokusnya transportasi berbasis jalan. Merawat jalur Pantura itu proyek setiap tahun, itu entah berapa puluh kali jalan diplester. Di APBN itu triliunan angkanya, signifikan. Belum ditambah infrastruktur jalan tol yang sangat masif, seperti trans-Jawa," ujar Yusuf.

Dampak pada fokus pengembangan transportasi berbasis jalan menurutnya tidak menyelesaikan masalah. Selain menambah jumlah penggunaan kendaraan pribadi, juga menimbulkan kemacetan.

"Enggak pernah menyelesaikan masalah mudik, mudik jadi macet, biaya mahal, pemudik semakin banyak gunakan kendaraan pribadi. Menurut saya kita harus berpindah ke transportasi berbasis rel yang kami pandang membuat mudik jauh lebih murah dan aman, biaya yang ada akan lebih terpangkas," ujar Yusuf.

(Robertus Belarminus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×