Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Kepemilikan investor asing di Surat Utang Negara (SUN) yang tinggi menyalakan alarm kewaspadaan pemerintah, menyusul rencana bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed), menaikkan suku bunga acuannya. Pemerintah pun menyiapkan sejumlah bantalan jika kelak investor asing cabut dari SUN gara-gara kenaikan bunga The Fed.
Salah satunya, dengan menyediakan dana pinjaman siaga atawa standby loan. "Tak perlu mengaktifkan program Paris Club, standby loan saja sudah cukup," ujar Bambang Brodjonegoro, Menteri Keuangan akhir pekan lalu.
Standby loan itu berasal dari bilateral swap arrangement (BSA) dengan berbagai negara. Bank Indonesia sudah meneken BSA dengan China senilai US$ 15 miliar, sama Jepang US$ 22,78 miliar, dan Korea Selatan US$ 10 miliar. Kerjasama ini sebagai bentuk pertahanan terhadap goncangan ekonomi dunia.
Ada pula komitmen kerjasama yang tertuang dalam Chiang Mai Initiative Multilateralisation (CMIM) antara Indonesia dan negara ASEAN dengan China, Jepang, serta Korea Selatan. Sebelumnya komitmen CMIM sebesar US$ 120 miliar lalu ditingkatkan menjadi US$ 240 miliar.
Selain itu, pemerintah juga sudah mengantisipasi dengan membuat dana cadangan. Cadangan risiko fiskal tahun ini yang hanya Rp 2,66 triliun naik dua kali lipat lebih tahun depan jadi Rp 5,4 triliun.
Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan mencatat, per 31 Oktober 2014 lalu, posisi asing di Surat Berharga Negara (SBN) mencapai 37,8% atau Rp 459,86 triliun dari total SBN. Doddy Ariefianto, ekonom LPS, bilang, BSA terutama dengan China bisa menjadi benteng pertahanan kita jika investor asing menarik dananya dari Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News